Dibantu Kemristekdikti, Unsoed Hasilkan 8,5 Ton Gabah Lahan Payau

Ilustrasi Inpari Unsoed

Pemalang, AF – Pemulia dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mengembangkan varietas padi yang mampu menghasilkan hingga 8,5 ton gabah kering per hektare (ha) di lahan payau atau salin di Desa Nyamplung Sari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah (Jateng).

“Tingkat salinitas yang bisa ditanami varietas ini mencapai 12 desi siemen per meter. Di lokasi 100 ha lahan payau Desa Nyamplung Sari ini, pH tanah rendah mencapai 4 hingga 5,” kata Pemulia Inpari Unsoed 79 Agritan dari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Suprayogi sebelum panen padi lahan payau di Desa Nyamplung Sari, Pemalang, Jateng, awal pekan ini.

Selain di Pemalang, menurut pria yang akrab disapa Yogi ini, uji coba benih Inpari Unsoed 79 Agritan juga dilakukan di Tegal, Kebumen dan Cilacap, di mana masing-masing kabupaten memiliki hasil panen berbeda.
“Di Cilacap, rob tidak berhenti sehingga sawah tergenang selain juga persoalan tanggul jebol di beberapa tempat. Secara umum di Desa Selarag panen mencapai 10 persen saja, sedangkan yang tidak terkena rob tetapi terkena wereng masih bisa panen hingga 4,7 ton di Cilacap,” ujar dia.

Terlepas dari hasil produksi yang berbeda-beda, menurut dia, petani mengakui bahwa varietas ini memiliki produksi lebih tinggi, selain bentuk yang lebih baik, rasa yang tidak terlalu pulen maupun tidak terlalu pera.

Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Ape mengatakan penelitian hingga produksi varietas padi Inpari Unsoed 79 Agritan yang tahan dalam kondisi payau atau air asin ini memperoleh insentif dari Ditjen Penguatan Inovasi Kemristekdikti. Uji coba produksi benih sekaligus produksi gabah di petani Kemristekdikti memberikan insentif lebih dari Rp 800 juta untuk empat Kabupaten di Jateng dengan total luas lahan 400 ha. Jadi, masing-masing kabupaten mendapat insentif Rp 200 juta untuk 100 ha, atau sekitar Rp5 juta per ha dalam setahun.

Pemberian insentif untuk pengembangan varietas padi unggul terutama untuk lahan termarjinal seperti dalam kondisi payau, menurun dia, penting mengingat luasannya semakin besar di Indonesia. Terlebih daerah dekat garis pantai Indonesia luas dan masih sedikit teknologi berupa komoditi yang bisa ditanam di lokasi-lokasi tersebut.
Jumain menyebut sekitar 30 persen lahan pertanian di Indonesia merupakan lahan marjinal, dan untuk memperkuat swasembada atau kemandirian pangan dengan menemukan varietas-varietas baru dengan produktivitas tinggi diperlukan riset dasar yang panjang. [AF-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*