
Labuan Bajo – Ketersediaan pangan yang bergizi, khususnya protein, merupakan persoalan penting bagi masyarakat lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk itu, budidaya udang yang sudah mulai dirintis pihak swasta di Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar), perlu didukung semua pihak. Selain untuk memenuhi kebutuhan protein warga lokal, ketersediaan udang bagi wisatawan yang mengunjungi Komodo juga menjadi potensi bisnis tersendiri.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Manggarai Barat Yeremias Ontong baru-baru ini mengatakan ketersediaan protein bagi masyarakat masih sangat minim. Padahal, Manggarai Barat memiliki kawasan pesisir yang berpotensi untuk budidaya perikanan, khususnya udang, sebagai sumber protein alternatif.
“Ketersediaan pangan masih didominasi karbohidrat, sedangkan protein dari daging masih sangat mahal dan yang lainnya masih minim. Untuk itu, budidaya udang perlu diperluas sehingga masyarakat mendapatkan sumber protein yang murah,” ujarnya.
Pernyataan Yeremias itu terkait dengan mulai beroperasinya tambak udang intensif sejak bulan lalu di Desa Gorontalo, Labuan Bajo yang dimotori praktisi budidaya udang Angelus Nainggalas. Bahkan, Yeremias mendorong agar budidaya udang yang sudah profesional itu mejadi motor untuk mengembangkan Manggarai Barat sebagai perintis tambak udang rakyat di Flores dan NTT.
“Kami memberi apresiasi atas beroperasinya tambak udang di Desa Gorontalo. Potensi budidaya udang masih sangat besar di Labuan Bajo dan sekitarnya. Manggarai Barat bisa menjadi perintis,” tegasnya.
Baca : Tambak Udang Beroperasi, Kembangkan Inti-Plasma di Manggarai Barat
Dalam jangka pendek, pihaknya segera mendorong pengembangan pola inti-plasma dan mengerahkan para penyuluh untuk mendampingi masyarakat dalam membentuk kelompok budidaya.
“Tambak yang sudah beroperasi menjadi inti dalam budiaya udang. Para petambak lokal bisa menjadi plasma dan mitra sehingga kendala beberapa kendala, seperti benih, ketrampilan, dan ketersediaan sarana pendukung lainnya, bisa diatasi,” jelasnya.
Seperti diketahui, Angelus sebagai perintis dan pengelola tambak telah menebar 300.000 benur (benih udang) pada Senin (19/1) sebagai awal budidaya udang profesional. Udang ditebar pada tiga tambak dengan ukuran 1.200 meter persegi, 1.500 meter persegi, dan 1.800 meter persegi.
Adapun penebaran benih perdana itu dihadiri berbagai kalangan seperti Kepala Bagian (Kabag) Budidaya-DKP Manggarai Barat Hari Setiawan serta petugas penyuluh lapangan (PPL) perikanan Manggarai Barat Ferdy Gampar. Selain itu hadir juga Ketua RT 3 Desa Gorontalo Ismal, Tua Golo (tetua adat) Gorontalo H Moh. Husein, perwakilan lembaga masyarakat dan beberapa pelaku usaha lokal.
Angelus yang juga alumni Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memiliki pengalaman sekitar 25 tahun dalam budidaya udang di Provinsi Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Selain itu, dia juga memiliki sertifikasi dalam budidaya udang sehingga sering memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petambak udang.
“Kami punya pengalaman yang cukup dalam pola inti-plasma, terutama selama di Lampung. Manggarai Barat bisa menjadi model untuk pengembangan di NTT. Namun, pemberdayaan dengan pola inti-plasma itu harus didukung penuh oleh pemerintah daerah,” ujar Angelus yang juga aktif dalam Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA) ini.
Dia juga sangat mendukung agar udang menjadi sumber protein alternatif yang bisa diolah dengan berbagai produk turunan. Hal ini juga akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang ikut dalam proses pengolahan tersebut. [AF-03]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment