Kupang – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus berupaya meningkatkan produksi rumput laut. Salah satu upaya dengan mengembangkan kultur jaringan rumput laut di Kabupaten Kupang dan Sumba Timur untuk menghasilkan bibit rumput laut unggul.
“Kultur jaringan ini untuk menghasilkan indukan atau bibit-bibit rumput laut yang akan disebarkan ke 22 kabupaten/kota lain untuk dibudidayakan,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi (DKP) NTT Ganef Wurgiyanto di Kupang baru-baru ini.
Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu menjelaskan pengembangan kultur jaringan di Sumba Timur didukung pemerintah pusat, sementara pemerintah provinsi mengembangkan di Kabupaten Kupang.
Kultur jaringan merupakan upaya membudidayakan jaringan tanaman menjadi tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya. Pada 2018, pengembangan untuk memperbanyak indukan yang akan disalurkan ke sejumlah klaster rumput laut. “Fungsi kultur jaringan ini untuk menyediakan bibit-bibit atau indukan rumput laut yang unggul dan tersertifikasi dalam jumlah banyak,” katanya seperti ditulis Antara.
Saat ini, pengembangan klaster rumput laut di NTT adalah Klaster Kupang meliputi wilayah Pulau Timor dan Rote, Klaster Sumba Timur meliputi seluruh wilayah Pulau Sumba. Selain itu, Klaster Lembata meliputi Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka, serta Klaster Manggarai meliputi sejumlah kabupaten di bagian barat Pulau Flores dari Manggarai Barat hingga Ende.
“Nantinya satu bibit unggul diperbanyak, misalnya, menjadi 1.000 bibit di kultur jaringan kemudian disalurkan ke klaster-klaster yang ada,” katanya.
Ganef mengatakan, pihaknya telah menggelar rapat kerja daerah bersama dinas terkait dari 22 kabupaten/kota untuk menyelaraskan program pengembangan rumput laut di masing-masing daerah.
Masyarakat pesisir di setiap kota/kabupaten tersebut diharapkan turun ke laut dan membudidayakan rumput laut.
Baca : Manfaat Agar-agar Rumput Laut Indonesia Terasa hingga di Hong Kong (1)
Seperti diketahui, potensi rumput laut sangat bagus dikembangkan untuk kawasan pesisir di seluruh Indonesia. Namun, ketersediaan benih unggul masih sangat sedikit. Selain itu, diperlukan terobosan dan inovasi teknologi agar proses budi daya rumput laut menjadi lebih murah.
Berangkat dari hal tersebut, lembaga kajian regional Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop) sejak beberapa tahun lalu mengembangkan rumput laut melalui kultur jaringan. Hal itu agar produksi rumput laut sebagai komoditi andalan semakin berdampak pada kesejahteraan produsen atau pembudidayanya. “Inilah perlunya peningkatan hasil rumput laut dan menekan biaya produksi yang lebih murah melalui sistem kultur jaringan. Ada beberapa tantangan pembudidaya rumput laut, salah satunya kesulitan mendapatkan benih unggul,” ujar Direktur Seameo Biotrop Irdika Mansur di sela-sela acara Ulang Tahun Seameo Biotrop ke-50, akhir Februari lalu.
Dia menjelaskan, pada musim-musim tertentu, rumput laut rentan serangan penyakit seperti ice-ice. Ini menyebabkan produksi turun drastis dan tentunya merugikan produsen. “Dengan kultur jaringan maka rumput laut pun bebas penyakit dan kecepatan tumbuhnya lebih tinggi tiga kali lipat,” ujarnya.
Baca : Kembangkan Komoditas Pangan yang Punya Potensi Pasar
Pengembangan kultur jaringan rumput laut pun semakin diperluas. Sejak beberapa tahun lalu, Seameo Biotrop sudah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Selanjutnya, implementasi dari inovasi tersebut bisa dilakukan ke seluruh Indonesia dan akan terus dikembangkan pada komoditas-komoditas lainnya.
“Ini salah satu komitmen dari Seameo Biotrop untuk mengembangkan komoditas yang potensial, bisa diolah lebih lanjut, dan diminati pasar. Ada beberapa inovasi dari kami yang bisa diimplementasikan sehingga perlu kolaborasi dengan berbagai pihak, khususnya pelaku usaha dan pemerintah daerah,” jelas Wakil Direktur Seameo Biotrop Zulhamsyah Imran baru-baru ini. [AF-03]
Be the first to comment