Jakarta, Agrifood.id – Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) meluncurkan Gotong Royong Atasi Susut dan Limbah Pangan (Grasp) 2030. Hal ini merupakan gerakan inisiatif mendorong para pemangku kepentingan di seluruh rantai sistem pangan untuk berkolaborasi mencari solusi mengurangi susut dan limbah pangan.
Presiden IBCSD Shinta Kamdani dalam keterangan tertulis, Jumat (10/9/2021) menjelaskan Grasp 2030 adalah inisiatif berbasis voluntary agreement, di mana semua pihak bergabung secara sukarela untuk bertindak bersama karena urgensi isu food loss and waste. Hal itu merupakan komitmen sektor swasta mewujudkan rantai pangan yang berkelanjutan di Indonesia.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Partnering for Green Growth and Global Goals (P4G) yang mendanai program ini, sehingga Grasp 2030 ini dapat dimulai. Grasp 2030 tidak hanya akan menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi masalah sampah dan meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia, tetapi juga meningkatkan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan,” kata Shinta.
Kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan masyarakat Indonesia menghasilkan limbah atau sampah makanan 184 kg/tahun per kapita. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah makanan di Indonesia menyumbang sebesar 44% atau hampir separuh dari total sampah di Indonesia. Artinya, mengurangi sampah makanan, akan berdampak secara signifikan terhadap pengurangan sampah secara keseluruhan. Apabila makanan terbuang menjadi sampah akan menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya yang buruk dan dampak negatif lingkungan dari emisi gas rumah kaca.
Dikatakan, pengurangan susut dan limbah pangan dapat memberikan dampak positif dari sisi sosial, yaitu dari sisi ketahanan pangan dan kebutuhan nutrisi masyarakat. Dari sisi ekonomi, pelaku usaha mendapat keuntungan dengan meningkatkan efisiensi dan meminimalisir kehilangan makanan di setiap lini rantai pasoknya.
Sementara itu, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Dr Ir Arifin Rudiyanto M.Sc, menyampaikan sejak Indonesia menjadi anggota pada September 2019 lalu, P4G, Bappenas bersama-sama dengan Shinta Kamdani dari IBCSD, dan Tri Mumpuni sebagai co-chair Indonesia P4G National Platform telah mendukung sejumlah kemitraan di Indonesia.
Aksi Gotong Royong Atasi Susut & Limbah Pangan 2030 adalah inisiatif tindak lanjut dari Halving Food Loss and Waste by Leveraging Economic Systems (Flawless) didukung oleh P4G sebagai wadah bagi pihak swasta untuk kegiatan-kegiatan terkait food loss and waste.
Sementara itu, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Lars Bo Larsen memaparkan ketika berbicara tentang rantai nilai pangan, dari produksi hingga konsumsi, penting bagi Indonesia untuk mengidentifikasi berbagai strategi di semua tingkatannya. Tantangan bagi setiap negara adalah bahwa semua memiliki target dan aktor yang berbeda di level yang berbeda.
“Saya sangat menghargai semua pembicaraan dan kerja sama yang telah dilakukan dengan Bappenas dan saya ingin mengucapkan terima kasih untuk terlibat dalam hal ini,” jelas dia.
Grasp 2030 dibangun berdasarkan keberhasilan nyata dari apa yang telah dilakukan oleh WRAP (Waste & Resources Action Programme), mitra IBCSD dalam mengembangkan Grasp 2030. Dalam paparannya, Claire Kneller, Head of Asia Pacific WRAP menyampaikan, limbah makanan adalah masalah lingkungan yang sangat besar.
Selain itu, dalam acara peluncuran virtual bertajuk Reinforce Food Loss and Waste Partnership Actions through Grasp 2030, hadir pula beberapa perwakilan perusahaan dan instansi yang telah bergabung dalam Grasp 2030. [AF-04] agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment