Impor Beras, Harga Anjlok pada Panen Raya Februari-Maret 2018

Ilustrasi impor beras dari Myanmar.

Bogor, AF – Kebijakan pemerintah terkait perberasan sepertinya belum komprehensif. Melonjaknya harga beras belakangan ini seharusnya sudah bisa diantisipasi sejak tiga bulan lalu. Kalaupun impor dilaksanakan saat ini, hanya membuat anjlloknya harga pada panen raya dalam satu atau dua bulan mendatang. Untuk itu, rencana impor beras tersebut patut ditolak.

Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pendampingan Petani-Perkumpulan Petani dan Nelayan Nusantara (Peta Nusa) Petrus Budiharto mengatakan pihaknya sudah memprediksi bahwa kenaikan harga sejak Oktober 2017 lalu itu bakal berdampak pada awal Januari ini. Jadi, antisipasi seharusnya sudah bisa dilakukan dengan melihat fakta-fakta tersebut.

“Fenomena harga pada bulan Oktober 2017 lalu sudah mencapai Rp 9.500 per kilogram (kg). Kami sudah memprediksi bahwa pada Januari 2018 ini harga bakal menembus Rp 11.000 per kg. Jadi, kenaikan itu berkisar 15% sebagaimana pada bulan-bulan sebelumnya,” ujar Petrus.

Dikatakan, pemerintah lewat Perum Bulog seharusnya punya cadangan beras medium dan premium untuk melakukan penetrasi lewat operasi pasar (OP). Cadangan yang ada merupakan beras untuk rakyat sejahtera (Rastra) yang tidak bisa dipakai untuk penetrasi pasar. Saat itu bisa saja impor beras medium dan premium untuk melindungi konsumen pada bulan Desember dan Januari.

“Kalau tiga bulan lalu ikut saran saya untuk impor, maka tidak ada kejadian seperti ini dan bisa antisipasi OP untuk bulan ini. Tapi yang ada hanya gengsi dan bilang surplus produksi terus, jadinya harga beras tembus di atas 11.000 per kg,” alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Wakil Ketua Umum Peta Nusa Uun W Untoro mengatakan jika impor dilakukan saat ini justru akan menghantam harga pada panen raya bulan Februari-Maret 2018 mendatang. Hal itu mengingat realisasi impor biasanya baru tiba pada satu-dua bulan lagi. Ini berarti upaya mengantisipasi harga beras saat ini justru kembali menghantam petani pada panen raya nanti.

“Kalau impor dilakukan sekarang malah menghantam petani menjelang panen raya Januari hingga Februari mendatang. Ini benar-benar upaya sistematis dari pihak pihak yang mendorong impor beras untuk mematikan petani Nusantara,” kata Uun.

Untuk itu, kata Petrus dan Uun, mengajak semua pihak untuk menolak impor beras tersebut karena ada dugaan kuat dilakukan pihak-pihak tertentu yang selama ini menikmati keuntungan dari impor beras. Salah satunya dengan mendorong semua jaringan Peta Nusa dan alumni Institut Pertanian (IPB) untuk menolak kebijakan yang lebih banyak merugikan petani tersebut.

“Ayo kita bersama-sama tolak impor yang hanya menambah penderitaan petani. Padahal, pasokan pangan bagi masyarakat Indonesia justru dihasilkan oleh para petani, jadi sudah saatnya semua warga bangsa ini menghormati dan meningkatkan kesejahteraan para petani tersebut,” tegas Uun. [AF-02]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*