Kembangkan Komoditas Pangan yang Punya Potensi Pasar

Sejumlah produk kultur jaringan Seameo Biotrop yang dipajang selama merayakan ulang tahun ke-50 di Bogor, Jawa Barat.

Bogor – Keragaman pangan lokal dan komoditas yang bisa dikembangkan di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar. Untuk itu, Southeast Asian Minister of Education Organization (Seameo) Regional Centre for Tropical Biology (Biotrop) mendorong pengembangan komoditas pangan (pertanian) yang diminati konsumen. Hal itu agar komoditas yang dikembangkan mudah diserap pasar dan semakin meningkatkan kesejahteraan para petani sebagai produsen.

Demikian disampaikan Direktur Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop) Irdika Mansur di Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.

Dikatakan, keragaman pangan lokal Indonesia merupakan sebuah keunggulan yang bisa dikembangkan menuju kedaulatan pangan. Namun, pengembangan komoditas pangan tersebut juga harus mempertimbangkan kemampuan pasar untuk menyerapnya.

“Indonesia sangat dikenal dengan keragaman biodiversitas. Sayangnya, kontribusi komoditas pertanian, termasuk ekspor terbesar, justru bukan dari keragaman hayati lokal. Ini yang harus dikaji lebih jauh terkait dengan dampak dari komoditas pangan yang mau dikembangkan,” kata Irdika.

Untuk itu, selain mengembangkan potensi keragaman hayati atau biodiversitas tersebut, Indonesia juga perlu mendorong komoditas yang punya potensi pasar yang besar. Hal itu akan memudahkan distribusi komoditas yang dikembangkan dan sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi para petani yang mengembangkannya.

“Daripada produksi tetapi tidak bisa dijual? Lebih baik kita lihat produk apa saja yang diminati pasar lalu dikembangkan di Indonesia,” ujar pengajar Fakultas Kehutanan IPB ini.

Dia menjelaskan, Seameo Biotrop sudah mengembangkan sejumlah produk yang diminati pasar tersebut, seperti pisang cavendish, talas jepang (satoimo), dan rumput laut. Pengembangan itu dari sisi teknologi dan penyediaan bibit unggul, kemudian bermitra dengan pihak swasta untuk pengembangan lebih lanjut.

“Pisang dan satoimo yang dirintis sejak beberapa tahun lalu itu sudah berproduksi dengan baik. Salah satu yang saat ini sedang dikembangkan adalah rumput laut dengan teknologi kultur jaringan. Hasil panen rumput laut tersebut tiga kali lebih tinggi dari yang biasanya,” ujar Irdika.

Dikatakan, potensi pisang cavendish juga sangat bagus untuk mengisi pasar India dan Tiongkok yang saat ini masih didominasi oleh negara Ekuador. Saat ini, nilai ekspor dari negara di Amerika Latin itu diperkirakan mencapai Rp 32 triliun per tahun, sedangkan ekspor dari Indonesia baru mencapai sekitar Rp 1 triliun.

Wakil Direktur Semaeo Biotrop Zulhamsyah Imran menambahkan pengembangan komoditas unggulan tersebut akan terus dilakukan seiring komitmen dan perjalanan Seameo Biotrop yang sudah mencapai usia ke-50 tahun.

“Berbagai keunggulan yang sudah ada akan terus ditingkatkan dan semakin mendekatkan dengan masyarakat atau komunitas,” katanya.

(Baca : Seameo Biotrop Rayakan Ulang Tahun ke-50)

Seameo Biotrop adalah salah satu pusat regional yang berada dalam struktur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, di bawah koordinasi Organisasi Menteri-menteri Pendidikan se-Asia Tenggara (Southeast Asian Ministers of Education Organization/Seameo). Adapun rangkaian kegiatan 50 tahun itu digelar pekan lalu, pada Senin (26/2) hingga Rabu (28/2) di Convention Hall, Kampus Seameo Biotrop di Tajur, Bogor.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*