
Bogor, AF – Teknologi perangkap lalat buah di Indonesia belum begitu berkembang. Padahal, serangan lalat buah perlu dicegah agar hasil panen buah tetap terjaga dan aman untuk dikonsumsi. Sejumlah petani dan daerah sentra produksi buah-buahan masih menggunakan cara-cara tradisional dalam mencegah lalat buah.
Menurut Marketing Support PT Aica Indria, Fulgensius Ludony, pengunaan perangkap lalat oleh produsen buah harus terus ditingkatkan. Selain mencegah wabah yang bakal meluas, perangkap lalat buah juga menjamin kualitas dari buah yang dipanen. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya yang selama ini memproduksi lem Fox juga mulai mengenalkan modifikasi alat perangkap lalat buah. “Dengan alat perangkap buah, kualitas buah tetap terjaga dan panen pun tidak berkurang. Petani tetap untung, konsumen pun tetap menikmati buah segar yang sehat,” ujarnya di Bogor, beberapa waktu lalu.
Pihaknya berharap upaya pencegahan dengan alat perangkap buah harus terus digalakkan. Sekalipun masih skala kecil, pencegahan harus terus dilakukan secara intensif.
Mirip dengan PT Aica Indria, para peneliti Universitas Griffith Australia juga mengembangkan perangkap lalat buah, seperti laporan Abc.net. Teknologi baru bermerek Fruition tersebut diluncurkan di Universitas Griffith Australia dan digambarkan sebagai langkah besar dalam memerangi masalah serangga pada tanaman.
Profesor Griffith Dick Drew yang mengembangkan perangkap lalat Fruition itu mengatakan penemuan tersebut juga menekan penggunaan insektisida semprot selama 40 tahun terakhir. “Penemuan perangkap baru ini bisa lebih melindungi tanaman para petani,” kata Drew.
Drew mengatakan, perangkap Fruition barunya dirancang khusus untuk menarik lalat buah betina perusak tanaman. Setelah menarik perhatian lalat buah, Fruition yang memiliki permukaan lengket akan menjebak serangga dan mencegahnya menghancurkan tanaman.
Di Indonesia, ada sejumlah daerah mulai diserang lalat buah untuk beberapa jenis buah-buahan. Sekalipun masih sporadis dan dalam skala kecil, antisipasi tetap perlu dilakukan.
Dalam catatan Agrifood, serangan sporadis lalat buah terjadi sejak akhir 2015 lalu yang tersebar di Batu (Jawa Timur), Tapanuli Selatan (Sumatera Utara), lalu Majalengka dan Ciamis (Jawa Barat). Sejumlah tanaman dan buah-buahan yang diserang adalah jambu, jeruk, cabai, dan labu siam. Umumnya, serangan lalat buah marak saat musim hujan sehingga perlu dicegah dengan berbagai cara.
Selain dari lokal, ancaman lalat buah juga bisa dari produk impor. Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian pernah menyegel 609 ton buah-buahan impor dari Tiongkok yang masuk tanpa dilengkapi surat jaminan kesehatan dan ditengarai bisa membawa lalat buah. Indonesia perlu waspada atas spesies lalat buah dari Tiongkok yakni Bactrocera Tsuneonis, Japanese Orange Fly, Cytrus Fruit Fly, yang merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang belum terdapat di Indonesia. [AF-02]
Be the first to comment