‘Musa’ Dorong Ekonomi Berbasis Sagu, Mimika Bisa Lebih Sejahtera

Wilhelmus Pigai-Athanasius Allo Rafra (Musa) ketika diterima masyarakat Kamoro.

Timika – Ketergantungan Kabupaten Mimika, Papua, pada beras harus dikurangi dengan mengoptimalkan potensi pangan lokal, terutama sagu. Selain memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, pengolahan sagu juga berpotensi menggerakkan perekonomian daerah. Hal tersebut menjadi salah satu perhatian dari pasangan nomor urut 3 Wilhelmus Pigai-Athanasius Allo Rafra (Musa) selaku calon bupati dan wakil bupati Mimika, Papua.

Menurut Wilhelmus Pigai, upaya tersebut merupakan kreativitas mendorong peningkatan kesejahteraan dan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.  Potensi sagu hanya dilirik sebelah mata yang seharusnya bisa dikembangkan. Dengan demikian, tidak lagi hanya mengandalkan komoditas pertambangan yang selama ini telah meninabobokan pemerintah daerah dan masyarakat.

Baca : Mimika Perlu Perubahan, ‘Musa’ Janji Perbaikan Gizi dan Wirausaha

“Pengembangan sagu ini sangat cocok untuk masyarakat lokal. Pengolahannya pun bisa menggerakan ekonomi kelompok masyarakat. Ini perlu komitmen dari pimpinan daerah dan kami akan membuktikannya. Untuk itu dukungan masyarakat Mimika sangat diperlukan,” ujar Mus, sapaan akrabnya.

Baca : Harga Meroket, Pemprov Papua Target Satu Juta Pohon Sagu

Komitmen mendorong pengembangan sagu ini tidak saja dikumandangkan menjelang pemilihan kepada daerah (Pilkada). Jauh sebelum ini, pada Oktober 2015 lalu ketika menjadi anggota Komisi II DPR Papua, Mus juga sudah memberi apresiasi yang besar pembangunan pabrik pengelolaan tepung sagu di Kampung Keakwa, Distrik Mimika Timur Tengah, Mimika. Pabrik sagu itu dibangun Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) yang bermitra dengan PT Freeport Indonesia. Pengoperasian pabrik itu dilakukan, Selasa (27/10/2015), ditandai upacara pemberkatan gedung dan semua fasilitas pabrik oleh Uskup Timika Mgr John Philip Saklil Pr.

“Keberadaan pabrik itu bisa meningkatkan ekonomi masyarakat. Nantinya, masyarakat akan menjual sagu hasil olahan mereka ke pabrik itu untuk diolah menjadi tepung dan dipasarkan ke wilayah lain di Papua, hingga luar Papua,” katanya saat itu.

Sebagaimana disampaikan Mus, Uskup Saklil juga memberi apresiasi atas pembangunan pabrik sagu itu. Ia juga mengingatkan warga menggunakan fasilitas yang itu untuk membangun kehidupannya agar lebih berkualitas.

Secara terpisah, pemerhati Papua yang juga politisi Partai Golkar, Jack Jagong menegaskan bahwa ide-ide kreatif sangat diperlukan untuk menggerakkan ekonomi lokal, termasuk pengembangan sagu.  Potensi sumber daya alam Papua, khususnya Mimika, membutuhkan pemimpin baru yang punya gagasan, pengalaman dan jaringan yang mumpuni.

“Sejauh ini sulit mencari pemimpin di Papua yang kreatif dan punya integritas bagus. Pasangan Musa menjadi solusi bagi Mimika sehingga kesempatan ini jangan disia-siakan oleh masyarakat,” ujarnya.

Baca : LPMAK Cari Investor Kelola Pabrik Sagu, Perhutani Siap Produksi

Dia mengakui, jika pengelolaan pabrik sagu itu masih dalam kesulitan, maka manajemen dan investasinya perlu dibenahi. Hal itu membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan didukung kebijakan anggaran dari pemerintah daerah.

“Jika diolah dalam jumlah besar justru bisa memasok kebutuhan tepung sagu di Pulau Jawa yang selama ini berasal dari Kepulauan Riau,” ujarnya.  [AF-02]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*