Pengusaha Ikan Budidaya Laut Kolaps, IAM Indonesia Beri Solusi

Berbagai jenis ikan segar di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT.

Jakarta, AF – Pengusaha perikanan budidaya laut akan fokus mengembangkan pasar domestik, menyusul pembatasan pergerakan kapal angkut ikan hidup untuk tujuan ekspor. Pembatasan pergerakan kapal angkut ikan hidup, terutama yang berbendera asing, diatur dalam Permen KP No 15 Tahun 2016 yang kemudian direvisi menjadi Permen KP No 32 Tahun 2016 tentang Kapal Pengangkut Ikan Hidup. Kebijakan itu menyebabkan pembudidaya kesulitan mengirimkan produksinya ke pasar ekspor sehingga kinerja produksi perikanan budidaya laut pun terus merosot.

Ketua Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia (Hibilindo) Effendy mengatakan, produksi ikan budidaya laut sejak 2014 turun signifikan. Tahun-tahun sebelumnya, produksi ikan hasil budidaya laut bisa mencapai 3.500 ton per tahun. Saat ini, produksi hanya 700 ton per tahun yang didominasi ikan kerapu, bawal bintang, dan kakap. Penurunan produksi tersebut berdampak pada semakin berkurangnya pelaku perikanan budidaya laut. Hal ini tercermin dari jumlah anggota Hibilindo yang sebelumnya sebanyak 450 merupakan pelaku aktif, saat ini hanya sekitar 150 yang masih aktif melakukan usaha budidaya ikan laut.

Effendy mengatakan, sejak diberlakukan kebijakan pembatasan kapal pembeli (kapal angkut ikan hidup) masuk ke sentra-sentra produksi atau hanya bisa masuk di beberapa titik saja maka wilayah budidaya laut yang berproduksi pun terbatas, seperti Natuna, Lampung, Bali, dan Belawan. “Produksi perikanan budidaya laut akhir-akhir ini semakin menurun, yang tadinya 3.500 per tahun pada 2011-2014 kemudian perlahan turun dan sampai sekarang hanya sekitar 700 ton per tahun. Tapi, kami mengambil positif dari kebijakan pembatasan yang diterapkan Menteri Kelautan dan Perikanan ini, kami mulai mengubah visi dengan fokus ke pasar dalam negeri,” jelas Effendy usai menghadiri seminar tentang Sustainable Aquaculture di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dikatakan, selama ini pembudidaya perikanan laut, termasuk Hibilindo, memang hanya terfokus pada pasar ekspor. Akibatnya, ketika pembatasan gerak kapal asing (kapal angkut/pembeli) diterapkan berdampak signifikan pada produktivitas pembudidaya. Wilayah-wilayah produksi, seperti Padang, Sibolga, Mentawai, dan Simeulue pun mengalami penurunan kinerja. “Kapal terbatas, ke lokasi-lokasi kecil tak bisa masuk, produksi berkurang. Akibatnya, pembudidaya kolaps. Karena itu, fokus ke pasar dalam negeri,” kata dia.

Secara terpisah, Direktur Intensif Agro Maritim-Indonesia (IAM-Indonesia) Gideon W Ketaren, dalam sebuah diskusi internal sudah memprediksi merosotnya produksi ikan tersebut. Dia berharap, Presiden Joko Widodo segera membuat terobosan agar anjloknya perikanan budidaya ini jangan sampai menjadi bumerang.
“Ada yang salah dalam implementasi kebijakan maritim dari pemerintah saat ini. Ini yang sedang dikaji oleh tim ahli dan praktisi dari IAM Indonesia untuk memberikan solusi secepatnya,” tegasnya kepada Agrifood dari Ambon, Maluku, akhir pekan lalu.

Effendy menjelaskan, agar pelaku usaha perikanan budidaya laut bisa mengembangkan pasar domestik maka kampanye makan ikan harus terus digalakkan. Di sisi lain, untuk mendongkrak konsumsi ikan di dalam negeri maka kualitas menjadi syarat utama. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pasar domestik akan semakin didorong pada ikan hidup. “Harapan kami adalah konsumsi ikan lokal semakin naik. Selama ini, orang-orang trauma makan ikan. Karena itu, untuk mengejar pasar yang lebih besar di dalam negeri, kualitas ikan harus diperbaiki. Kami mendorong ikan hidup atau ikan segar,” kata Effendy.

Dia mengatakan, Semarang, Bogor, Bandung, dan Solo merupakan pasar potensial untuk ikan budidaya laut. Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), juga masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Selama ini, Jabodetabek dipasok dari Lampung, Pulau Seribu, Situbondo, dan Tuban, dengan konsumsi sekitar 20 ton per bulan. “Kami mengajak para pelaku perikanan budidaya laut untuk mengembangkan pasar lokal. Harapannya, pasar domestik yang selama ini porsinya hanya 100 ton, tahun depan bisa menjadi 500 ton (ikan budidaya laut). Dengan begitu, kita bisa mendongkrak konsumsi ikan nasional per kapita per tahun,” ujar dia. [AF-03]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*