Petani Mulai Beralih, Produksi Kakao 2018 Bakal Turun

Ilustrasi buah kakao.

Jakarta, AF – Produksi kakao nasional diprediksi hanya mencapai 300 ribu ton pada 2018, lebih rendah dari target tahun ini sebesar 315 ribu ton. Penurunan produksi tersebut salah satunya dipicu banyaknya tanaman kakao yang sudah tidak produktif karena serangan hama penyakit dan minimnya perawatan oleh para petani.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang mengatakan, penurunan produksi kakao nasional terus terjadi karena tanaman kakao sudah tidak produktif lagi. Perkiraan produksi kakao 2017 hanya 315 ribu ton, sedangkan produksi 2018 akan turun lagi menjadi di bawah 300 ribu ton.

“Tanaman tidak dirawat oleh petani, banyak penyakit, dan serangan hama. Selain itu, sebagian besar tanaman sudah tua. Akibatnya, produktivitas rendah dan tidak menguntungkan bagi petani, banyak petani beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan,” kata Zulhefi di Jakarta, seperti ditulis ID baru-baru ini.

Kondisi itu cukup memprihatinkan, mengingat kebutuhan kakao di dalam negeri mencapai 800 ribu ton setiap tahunnya. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Indonesia harus mengimpor kakao. Itu pun tidak bisa menopang produktivitas industri pengolahan kakao secara maksimal, utilisasi industri kakao saat ini hanya sekitar 60%.

“Ekspor kakao hanya 25 ribu ton dan impor 200 ribu ton sepanjang 2017. Saat ini, kapasitas terpasang pabrik yang aktif operasional adalah 800 ribu ton, sedangkan produksi kakao dalam negeri hanya 300 ribu ton, sehingga harus impor. Itu pun masih banyak pabrik yang bekerja hanya 60% dari kapasitas terpasang,” kata Zulhefi.

Dia menambahkan, penurunan produksi juga menggambarkan semakin berkurangnya areal pertanaman kakao di Tanah Air. “Data pasti belum ada, tapi estimasi kami lahan kakao turun dari 1,50 juta hektare (ha) menjadi 1,10 juta ha. Petani juga banyak beralih ke tanaman lain, seperti sawit, jagung, sawah, dan cengkih,” kata dia.

Untuk itu, ujar Zulhefi, pemerintah diharapkan menerapkan program yang efektif untuk mendongkrak produksi kakao nasional. Program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang dilaksanakan pemerintah sepanjang 2009-2013 justru gagal. Pasalnya, program yang menyedot anggaran sangat besar hingga hampir Rp 4 triliun tersebut menerapkan strategi yang keliru. “Penerapan program tersebut justru keliru, tidak tepat, serta banyak manipulasi,” kata Zulhefi. [AF-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*