
JAKARTA, AF – Perusahaan makanan global, PepsiCo, resmi membuka pabrik makanan ringan pertamanya di Indonesia, yang berlokasi di Greenland International Industrial Center (GIIC), Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat. Peresmian pabrik dilakukan Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza pada Rabu (18/6/2025) enandai dimulainya produksi produk ikonik, seperti Cheetos, Lay’s, dan Doritos secara lokal.
Faisol menyampaikan investasi sebesar Rp 3,3 triliun dari PepsiCo ini merupakan langkah strategis berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor industri makanan dan minuman.
“Kami menyambut baik komitmen PepsiCo untuk membangun pabrik berstandar global di Indonesia. Ini akan memperkuat industri makanan ringan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor,” ungkap Faisol.
Faisol juga menyebutkan indeks industri sektor makanan dan minuman pada Mei 2025 mencapai angka ekspansi 53,81, naik signifikan dari bulan sebelumnya. Hal ini mencerminkan iklim usaha yang semakin kondusif, terutama di sektor makanan ringan yang terus tumbuh seiring tingginya konsumsi dari generasi milenial dan Gen Z.
Indonesia, dengan populasi besar dan selera pasar yang beragam, mencatat nilai pasar makanan ringan sebesar 3,87 miliar dolar AS pada 2023, dan diperkirakan akan tumbuh rata-rata 8,13 persen per tahun.
Namun, Indonesia masih mencatatkan impor makanan ringan senilai 59,3 juta dolar AS pada 2024. “Masih terbuka luas peluang bagi produk lokal untuk mendominasi pasar domestik. Dengan hadirnya pabrik seperti milik PepsiCo ini, kita optimistis bisa menekan angka impor di masa depan,” tambah Faisol.
CEO PepsiCo Indonesia, Asif Mobin, menegaskan pabrik baru dibangun dengan pendekatan berkelanjutan dan ramah lingkungan, menjadikannya salah satu fasilitas produksi PepsiCo paling modern di Asia. “Kami bangga menghadirkan pabrik yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan sejak awal beroperasi, termasuk pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi utama,” ujar Asif.
PepsiCo Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan 200 petani kentang dan 200 petani jagung lokal, serta telah menyerap sekitar 400 tenaga kerja Indonesia, sebagai bentuk kontribusi terhadap pembangunan ekonomi lokal dan penguatan rantai pasok domestik.
Kemenperin mengapresiasi inisiatif kemitraan petani kentang dan jagung dari Jawa Barat dan Jawa Tengah melalui program pengembangan bibit unggul, peningkatan produktivitas, dan pemberdayaan petani lokal. “Mayoritas karyawan kami adalah masyarakat lokal. Selain itu, kami juga menggunakan bahan baku dan layanan pendukung dari dalam negeri, demi mendorong pemberdayaan UMKM dan petani Indonesia,” jelas Asif.
Dengan kombinasi antara investasi besar, penyerapan tenaga kerja, dan penerapan prinsip keberlanjutan, pabrik ini diproyeksikan akan menjadi contoh model industri makanan ringan berbasis lokal yang mampu bersaing secara global.
Selain itu, pabrik ini juga diharapkan menjadi pemacu tumbuhnya industri hilir dan mendukung program pemerintah dalam menciptakan ekonomi hijau dan inklusif. Perusahaan menerapkan prinsip keberlanjutan, dengan penggunaan 100 persen air daur ulang dan energi listrik terbarukan dalam proses produksinya. [PR/AF]
Advertorial
IpeComm melayani jasa editor, penulisan kreatif, media/public relation, komunikasi (government/community/private), promosi, business intelligent, analisis media, hingga crisis management. Didukung tim ahli & profesional, berpengalaman luas dalam komunikasi dan pernah berkarir di sejumlah media nasional/internasional. Bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.
Be the first to comment