Jakarta, AF – Belanja iklan televisi (tv) dan media cetak sepanjang Januari-Juli 2017 menunjukkan trend peningkatan. Temuan Nielsen Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 6 persen lebih dipengaruhi kenaikan tarif. Secara khusus, belanja iklan untuk kategori snack, biskuit, dan cookies mencapai 25%.
“Belanja iklan di TV dan media cetak sepanjang Januari-Juli 2017 mencapai Rp 82,1 triliun,” kata Executive Director Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina di Jakarta, Rabu (13/9).
Berdasarkan data Nielsen Advertising Information Services yang dirilis Nielsen Indonesia, kategori produk yang mendorong pertumbuhan belanja iklan sepanjang Januari-Juli 2017 antara lain telekomunikasi dan layanan online (e-commerce) masing-masing 32% dan 31% menjadi Rp 3,7 triliun dan Rp 3,2 triliun. Setelah telekomunikasi dan e-commerce, pertumbuhan belanja iklan juga terlihat dari kategori snack, biskuit, dan cookies yang tumbuh 25% menjadi Rp 2,6 triliun.
Dikatakan, tiga merek snack yang melakukan banyak belanja iklan adalah Oreo, Roma Kelapa, dan Belvita. Sedangkan belanja iklan untuk produk vitamin dan suplemen juga tumbuh 31 persen. Produk yang mendorong pertumbuhan belanja iklan vitamin adalah Madu Bima 99, Viostin DS, dan Wellmove.
Sementara itu, belanja iklan produk perawatan muka juga tumbuh 20 persen. Fair and Lovely, Ponds Age Miracle, dan Ponds White Beauty yang mendorong pertumbuhan belanja iklan produk perawatan muka.
Dari sisi konsumen, penghematan dilakukan di berbagai sektor pengeluaran karena adanya pengaruh kenaikan harga produk konsumen cepat habis atau fast moving consumer goods (FMCG) yang melebihi kenaikan inflasi. Hal ini terlihat dari penurunan volume penjualan di hampir semua sektor FMCG seperti makanan, minuman, perawatan pribadi, dan obat-obatan.
Tinggi
Sepertidiketahui, nilai belanja iklan TV dan media cetak sepanjang Januari-Juli 2017 dalam lima tahun terakhir selalu bertumbuh, dengan kenaikan pada 2014 sebesar 12% menjadi Rp 65,6 triliun, 2% pada 2015 menjadi Rp 66,6 triliun. Kenaikan berlanjut pada 2016 sebesar 16% menjadi Rp 77 triliun, dan meningkat 6% menjadi Rp 81,3 triliun pada 2017.
Untuk 2017, pertumbuhan di kategori telekomunikasi sangat dipengaruhi belanja iklan Vivo smartphone yang meningkat 59 kali dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 462,4 miliar. Samsung berada di urutan berikutnya dengan belanja iklan Rp 372,1 miliar, meningkat 14 kali dari 2016. Adapun untuk kategori layanan online, tiga pengiklan terbesar dan pendorong pertumbuhan untuk periode ini adalah Traveloka, Agoda, dan Shopee.
“Gaya hidup konsumen yang semakin mendekat ke arah digital memengaruhi ketatnya kompetisi para penyedia jasa telekomunikasi dan layanan online, khususnya e-commerce, sehingga pengiklan semakin gencar beraktivitas di berbagai media. Terbukti pertumbuhan belanja iklan kedua kategori produk ini sangat kuat pertumbuhannya dibandingkan dengan kategori produk pengiklan terbesar lainnya” kata Hellen.
Namun demikian, ada pula beberapa kategori produk mengurangi angka belanja iklannya dengan cukup signifikan. Salah satunya adalah belanja iklan rokok kretek yang berkurang Rp 1,1 triliun atau turun 28% menjadi Rp 2,8 triliun dibandingkan Januari–Juli 2016.
Untuk diketahui, TV masih berkontribusi terbesar terhadap total belanja iklan, Rp 65,1 triliun atau 79,29%. Sementara itu, belanja iklan yang masuk ke koran sebanyak Rp 15,6 triliun atau 19%, disusul radio Rp 811,8 miliar atau 0,99%. Informasi belanja iklan tersebut diambil dari data Advertising Information Services yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Monitoring iklan mencakup 15 stasiun TV nasional, 104 stasiub radio, 99 surat kabar, serta 120 majalah dan tabloid. [AF-03]
Be the first to comment