
AgriFood, Jakarta – Dampak media sosial ternyata berimbas juga ke industri minuman ringan. Sejumlah informasi yang beredar melalui jaringan media sosial (medsos) tersebut ternyata membuat masyarakat cenderung mengurangi konsumsi minuman ringan.
“Ada sejumlah faktor penyebab menurunnya pertumbuhan industri minuman ringan. Salah satunya informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan melalui media sosial sehingga konsumsi menurun,” kata Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Pridjosoesilo di Jakarta, Senin (8/5/2017). Penjelasan itu disampaikan dalam ASRIM Industry Outlook yang juga dihadiri oleh Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Willem P Riwu dan Sekretaris Jenderal ASRIM Suroso Natakusumah.
Dia menjelaskan, dampak medsos tersebut cukup signifikan dan sayangnya belum ada klarifikasi untuk memberikan informasi yang benar.
Willem Riwu mengatakan banyaknya informasi negatif tentang minuman ringan terutama jenis minuman bersoda di media sosial membuat penjualan turun. Padahal informasi yang ditayangkan di media sosial belum tentu benar.
“Gara-gara medsos orang jadi jarang beli, secara tidak sadar itu berpengaruh. Padahal orang luar minum soda sudah kayak minum air, sementara karena pesan beredar di handphone banyak orang tidak jadi beli softdrink. Padahal itu tidak benar. Buktinya saya sering minum minuman soda sampai umur sekarang tidak kenapa-kenapa,” tuturnya.
Dalam kesempatan yangs sama, Triyono memaparkan hasil kinerja industri minuman ringan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yang fase pertumbuhannya sangat rentan.
“Tren pertumbuhan dalam empat tahun terakhir hanya berada dalam kisaran 4-8 persen, sedangkan bila di bandingkan pada awal tahun 2000an, angkanya konsisten. Untuk kuartal pertama 2017, pertumbuhannya minus 3-4 persen,” ungkap Triyono.
Dia menambahkan penurunan tersebut bukan terjadi hanya di minuman tertentu, melainkan terjadi hampir pada semua kategori minuman ringan. Terlepas dari permasalahan ini, industri minuman ringgan masih menyediakan potensi yang sangat besar, di mana Indonesia memiliki lebih dari 250 juta konsumen.
“Dari jumlah itu (250 juta) 25 persennya berusia produktif, menyediakan potensi pertumbuhan pasar konsumsi yang menjanjikan, tidak hanya di kelas menengah,” imbuhnya.
Jika di sejajarkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN, pengeluaran belanja produk makanan minuman konsumen Indonesia masih berada di antara yang terendah. [AF-1]
Be the first to comment