Jakarta, AF – Kehadiran pebisnis pemula (startup) perlu difasilitasi dalam mengembangkan sektor pangan dan industri pengolahan pertanian (agroindustri). Startup agroindustri bisa mendorong efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Hal itu mengemuka dalam Agro Industry Indonesia Forum (AGRIIF) 2017 yang digelar Perhimpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (Himpuni) di Jakarta, Rabu (10/5).
Hadir sejumlah nara sumber dalam AGRIIF tersebut yakni Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta, Direktur Utama PT Inhutani V Endro Siswoko, Sekjen Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) Nelly Oswini, Koordinator Presidium Himpuni Ridwan Djamaluddin, dan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (PP IKA Unibraw) Muslich Ramelan. Selain itu, ada juga Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram, staf pengajar Universitas Indonesia Biakman Irbansyah, serta Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno.
Arif menyampaikan, keterbatasan sektor pertanian, seperti lahan, pelaku usaha, dan dominasi pelaku usaha besar, bisa diterobos dengan menggandeng pelaku bisnis startup untuk mendukung bidang agroindustri. “Keterlibatan startup dapat membuat usaha pertanian menjadi lebih efisien yang bisa memperpendek tata niaga sehingga menurunkan biaya transaksi,” ujar Arif.
Secara khusus, dengan kehadiran startup maka bisa menopang tingkat kesejahteraan petani dengan menjaga tingkat harga jual produk pertanian.
Muslich menjelaskan bahwa bisnis pemula yang dipadukan dengan perkembangan teknologi bisa mengembangkan berbagai jenis usaha sehingga menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Apalagi, sebagian besar tenaga kerja sektor pertanian sudah melek teknologi.
Nelly menegaskan bahwa masih banyak usaha bidang pertanian dalam arti luas yang bisa dikembangkan melalui startup. Untuk itu, HA IPB terus mendorong sejumlah kebijakan dan insentif bagi pelaku bisnis startup dan juga UMKM bidang pertanian.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap PDB setelah industri pengolahan, pada triwulan I 2017. Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar, setelah perdagangan, yakni 31,86 persen per Februari 2017. Meski berperan penting dalam perekonomian nasional, pertumbuhan sektor pertanian cenderung lebih rendah dibanding pertumbuhan nasional. Tingkat kesejahteraan petani juga berfluktuasi dan sangat bergantung pada tingkat harga yang dihadapi.
Koordinator AGRIIF yang juga CEO Arrbey Handito Juwono mengatakan AGRIIF merupakan forum untuk mendorong berkembangnya industri pertanian seiring dengan perhatian pemerintah saat ini yang cukup besar. “Perhatian yang besar perlu ditingkatkan dengan memberi nilai tambah melalui industri,” Handito. [AF-02]
Be the first to comment