Ngawi, Agrifood.id – PT Campina Ice Cream Industry Tbk (Campina) mendorong petani jamur di Desa Kuniran, Ngawi, Jawa Timur (Jatim), untuk meningkatkan nilai jual jamur melalui perbaikan budidaya serta pengolahan jamur menjadi produk olahan siap saji. Dukungan Campina pada usaha budidaya jamur milik petani tersebut sejalan dengan misi perusahaan yakni peduli terhadap lingkungan dari pemanasan global dengan mengkonsumsi produk organik.
Direktur Campina Hendro Hadipranoto mengatakan, dukungan kepada petani jamur diberikan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) selama proses pembudidayaan maupun pengolahan pascapanen. Upaya itu diharapkan meningkatkan pendapatan petani. “Pada akhirnya kegiatan budidaya jamur tiram ini akan meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Hendro di sela-sela pengenalan kepada petani jamur tentang berbagai masakan olahan jamur tiram di Desa Kuniran, Kecamatan Sine, Ngawi, akhir April lalu.
Hendro mengungkapkan, usaha budidaya jamur sebenarnya cukup memberikan peluang bisnis yang menjanjikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan jamur tiram lantaran semakin banyak orang yang ingin menerapkan pola hidup sehat dengan banyak mengonsumsi makanan organik. Peluang bisnis itu sudah seharusnya juga diikuti oleh petani dengan perbaikan dalam proses budidaya jamur dengan menerapkan teknologi maju untuk menghasilkan jamur dengan kualitas baik.
Agar nilai jual jamur bisa meningkat dari sekarang di kisaran Rp 10-12 ribu per kilogram (kg), petani seharusnya tidak langsung menjual jamur dalam kondisi mentah, namun lebih baik menyimpannya serta membuatnya dalam berbagai produk olahan. Teknik penyimpanan jamur mestinya menjadi perhatian petani, jamur tidak akan busuk selama enam bulan asal penyimpannya tepat. Selama penyimpanan, jamur bisa diolah menjadi berbagai produk olahan. Apabila petani menjual jamur tiram dalam bentuk olahan, nilai jualnya bisa Rp 120-150 ribu per kg.
Saat ini, berbagai masakan olahan jamur tiram yang telah menggantikan konsumsi daging telah berhasil dikembangkan dan diminati pasar, seperti sate jamur, soto jamur, siomai jamur, pangsit mi jamur, dan lainnya. “Peningkatan nilai jual jamur melalui berbagai olahan masakah inilah yang sebenarnya kami ingin dorong melalui program CSR Campina,” terang Hendro.
Salah seorang petani jamur tiram, Tohar, mengatakan, budidaya jamur di Desa Kuniran sudah berlangsung selama 12 tahun. Petani jamur di desa itu terbagi menjadi dua kelompok tani yang berada di dua dusun, yakni Dusun Miri Doyong dan Dusun Kerajan.
Kelompok Tani di Miri Doyong memiliki anggota 40 petani dan setiap petani memiliki satu kumbung atau rumah jamur. Mereka mampu menghasilkan jamur sebanyak 2 kuintal per hari yang dipasarkan dalam bentuk mentah ke beberapa daerah di Jatim. Sedangkan Kelompok Tani Mekarsari di Dusun Kerajan beranggotakan enam petani baru terbentuk satu bulan terakhir dan saat ini masih dalam proses produksi. [PR/AF-5]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment