Jakarta, AF – Kapasitas terpasang industri rantai pendingin nasional ditargetkan bertambah 450 ribu ton tahun ini, yang setara dengan investasi Rp 5,2 triliun. Saat ini, kapasitas terpasang nasional pada 2016 mencapai 2,95 juta ton dan itu hanya mampu mendukung 26,81% dari total kebutuhan.
Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan, kapasitas sistem rantai pendingin (cold chain system) nasional dibidik bertambah 450 ribu ton hingga akhir 2017. Penambahan kapasitas sekitar 150 ribu ton atau setara Rp 1,3 triliun di antaranya akan dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan sisanya oleh pihak lain, terutama perusahaan swasta.
“Kapasitas terpasang nasional pada 2016 mencapai 2,95 juta ton dengan daya dukung atau kemampuan menampung hingga 14,75 juta ton produk segar. Dengan perhitungan, frekuensi bongkar-muat rata-rata lima kali dalam setahun,” kata Hasanuddin.
Dikatakan, kalau mengacu program KKP yang fokus membangun sistem rantai pendingin, kami menetapkan target pertumbuhan kapasitas terpasang sebesar 450 ribu ton hingga akhir 2017 yang setara dengan investasi Rp 5,2 triliun. “KKP telah memproyeksikan investasi sekitar Rp 1,3 triliun atau setara 150 ribu ton. Jadi, sisanya oleh investasi pihak lain,” kata Hasanuddin, Minggu (9/7).
Sistem rantai pendingin diperlukan untuk menjaga produk-produk segar agar lebih tahan lama, seperti produk perikanan, daging, unggas, hortikultura, dan makanan olahan.
Menurut Hasanuddin, produksi produk segar nasional pada 2016, baik perikanan, daging, unggas, hortikultura, maupun olahan, dilaporkan mencapai 55 juta ton. Dengan kapasitas tersebut maka sistem rantai pendingin nasional hanya mendukung sekitar 26,81% dari total kebutuhan. Angka itu sudah memperhitungkan kapasitas reefer container, baik rental maupun pemanufaktur, sekitar 10-15 ton. Pada 2016, sistem rantai pendingin di dalam negeri tumbuh 227 ribu ton yang setara dengan investasi Rp 2,35 triliun. Angka itu masih di bawah target yang juga mematok pertumbuhan 450 ribu ton.
Pada kuartal I-2017, kata dia, pertumbuhan industri cold chain masih tersendat, yakni hanya tumbuh 0,85% atau seperti tahun lalu. Pada kuartal II-2017 atau hingga Mei, industri itu tumbuh 0,95%, itu total untuk penyimpanan di cold storage statis dan mobile. Pasar besar-menengah konvensional dan tradisional masih menguasai pangsa pasar nasional hingga 70%. Sedangkan, sisanya ada di supermarket ataupun hipermarket.
“Meski, minimarket menambah jumlah pasar dan tumbuh menjamur, tapi pengadaan sistem cold chain-nya masih sangat minim,” kata dia. [AF-02]
Be the first to comment