Jakarta, AF – ABC Holding, perusahaan makanan olahan Indonesia, menggandeng kelompok usaha ternama Jepang, Mitsui & Co, untuk membangun industri pengolahan susu terintegrasi. Kerja sama ini menelan investasi US$ 50 juta (sekitar 625 miliar) untuk mengisi potensi pasar dan konsumsi susu di Indonesia yang masih rendah.
ABC melalui PT ABC Kogen Dairy membangun pabrik pengolahan susu di Cicalengka, Jawa Barat, sedangkan Mitsui & Co melalui PT Raffles Pacific Harvest mendirikan peternakan sapi di daratan tinggi Garut.
Menurut data Kementerian Perindustrian, konsumsi susu Indonesia mencapai 12,01 liter per kapita setiap tahun. Jumlah tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara di Asean rata-rata 20 liter per kapita per tahun.
Presiden ABC Kogen Warren Choo menegaskan, sebagai salah satu pelaku industri, pihaknya menyadari konsumsi susu di Indonesia tergolong masih rendah. Hal ini dipicu keterbatasan produksi susu nasional.
“Atas dasar inilah, kami berinisiatif mendirikan usaha industri berbasis susu supaya dapat berkontribusi dalam membantu memenuhi kebutuhan produk susu berkualitas tinggi untuk masyarkat Indonesia. Hadirnya ABC Kogen Dairy diharapkan dapat menambah produksi susu sapi di Indonesia,” ujar dia pada acara peresmian peternakan sapi perah Raffles Pacific di Garut, Rabu (20/9).
Melalui komitmen jangka panjang, dia menuturkan, ABC Kogen berkontribusi tambahan 4,5% suplai susu nasional yang berkualitas internasional. Adapun kapasitas produksi pabrik mencapai 100 juta liter per tahun.
Dia menuturkan, luas lahan peternakan sapi perah mencapai 72 hektare (ha), yang diisi 900 ekor sapi. Dalam jangka panjang, jumlah sapi ditargetkan mencapai 10 ribu ekor. “Dari jumlah tersebut, untuk tahap ini, baru ada 500 ekor sapi yang menghasilkan susu rata-rata 30,5 liter per hari per ekor,” tambah dia.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto yang hadir dalam acara itu menegaskan, kapasitas produksi susu segar nasional sekitar 3,7 juta ton per tahun, dengan konsumsi susu 12 kiloliter per kapita per tahun. Padahal, di Thailand, jumlahnya mencapai 22,2 kiloliter per kapita per tahun, sedangkan Malaysia 36 kiloliter per kapita per tahun.
“Kalau saja kita bisa mencapai sama dengan yang di Malaysia, artinya kapasitas kita harus sampai 10 jutaan ton per tahun. Kalau tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas di dalam negeri, ada kekhawatiran impor akan terus naik dan ini harus dicegah supaya produktivitas dalam negeri bisa mengimbangi kebutuhan,” kata dia.
Dikatakan, produksi susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 20-30% kebutuhan susu nasional. Adapun sisanya masih ditutup impor dalam bentuk skim milk maupun powder.
Untuk itu, perlu ada kerja sama antara Kementerian Pertanian dan koperasi peternak sapi untuk bisa meningkatkan produksi susu melalui koperasi-koperasi. Guna mendukung keberlanjutan bisnis ABC Kogen, pemerintah memberikan kemudahan usaha. Salah satunya adalah memberikan tax allowance, sedangkan insentif peternakan sapi perah Raffles Pacific masih dibahas di Badan Kebijakan Fiskal.
Be the first to comment