
Jakarta, AF – Impor tapioka atau olahan singkong lainnya harus dikurangi. Produksi dalam negeri harus ditingkatkan melalui sistem klaster singkong terpadu. Pemerintah perlu mendorong para importir atau pelaku industri pengolahan singkong untuk mengembangkan potensi singkong lokal.
Demikian disampaikan Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Pusat Suharyo Husein di Bogor, Selasa (5/9).
Menurut MSI, pendekatan sistem klaster tersebut bisa memenuhi skala ekonomi dan akan berkelanjutan dalam memasok kebutuhan industri pengolahan, seperti tapioka. Selain itu, para petani juga semakin diberdayakan karena memiliki lahan usaha yang optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya. “Konsep sistem klaster singkong terpadu ini sudah dikaji MSI dan bisa diterapkan. Pemerintah perlu mendorong para importir atau pelaku industri olahan untuk berkolaborasi dalam mengembangkan singkong di dalam negeri,” tegas Suharyo.
Sejak 2014 lalu, MSI sudah menawarkan program peningkatan kesejahteraan petani melalui penerapan sistem klaster singkong terpadu (sistem klaster terpadu). Sistem itu akan dilakukan secara serentak di 33 provinsi, 74 kabupaten dengan 148 klaster. Pendekatan kawasan ini bisa mencapai luasan 300 hektare dengan 120 kepala keluarga petani singkong.
“Jika program klaster dilakukan konsisten, maka Indonesia tidak akan impor lagi dan kesejahteraan petani singkong bisa ditingkatkan,” ujar Suharyo.
Untuk mengembangkan itu, para importir atau pelaku industri bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan sistem klaster terpadu. Jika dianggap terlalu berat, bisa mengajak pihak-pihak investor bersama MSI untuk mengembangkannya. “Inilah peran pemerintah untuk mengajak semua pihak bisa berkolaborasi. Ada beberapa investor yang berminat, tetapi mereka belum yakin produksi singkong pasti diserap industri atau tidak,” tanya Suharyo.
(Baca : Impor Diawasi Ketat, MSI Usul Sistem Klaster Singkong Terpadu)
Dia menegaskan, selama tidak ada pendekatan yang menyeluruh maka Indonesia akan tetap menjadi importit singkong. Padahal, dampaknya sangat besar pada harga singkong di dalam negeri. Informasi yang diterima Agrifood menyebutkan, harga singkong di beberapa daerah di Lampung Tengah (Lampung), Sukabumi (Jawa Barat), hingga Wonogiri (Jawa Tengah) belum beranjak naik.
“Selama tidak ada ketegasan untuk menghentikan impor, maka harga singkong lokal akan anjlok terus dan petani semakin tidak bergairah untuk tanam singkong lagi,” ujar Ketua MSI Sukabumi Kukuh Sujianto.
Dia juga sepakat dengan usulan MSI Pusat agar impor singkong atau olahannya harus dengan menyerap produksi lokal. Hal itu bisa melibatkan MSI sehingga bisa menjaga kestabilan harga di dalam negeri.
(Baca : MSI Berharap Terlibat dalam Rekomendasi Impor Singkong)
“MSI menjadi mitra pemerintah dalam mengontrol penyerapan singkong petani. Hal itu penting karena selama ini petani singkong minim perhatian dari pemerintah,” tegasnya. [AF-02]
Be the first to comment