Jakarta, AF – Air bersih merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia. Semakin merosotnya daya dukung lingkungan akibat pencemaran membuat pasokan air bersih makin berkurang. Itu sebabnya investasi swasta di sektor ini terus meningkat seiring mulai berkurangnya pasokan air bersih akibat perubahan lingkungan. Terbaru, lewat Moya Indonesia Ptl Ltd, Salim Group mengakuisisi 100% saham Acuatico Pte Ltd dari Recapital Advisor.
Dalam pengumuman akuisisi di bursa efek Singapura, 23 Agustus 2017, Moya menyebut aksi korporasi selesai pada 11 Juni 2017 lalu. Artinya, Salim Group menjadi pemilik baru PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tangerang serta PT Aetra Air Indonesia, menggantikan Recapital, perusahaan yang dimiliki oleh Sandiaga Uno dan Rosan P. Roslani.
Dalam pemberitaan Kontan, Kamis (31/7), setelah akuisisi, Moya akan mengendalikan Aetra dalam pengelolaan air bersih di Jakarta hingga 1 Februari 2023 untuk 440.000 pelanggan. Adapun, untuk wilayah Tangerang melayani 360.000 pelanggan dengan masa kontrak habis 2 Oktober 2034.
Salah satu petinggi Salim Group, Franciscus Welirang yang juga Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk irit bicara ketika dimintaai tanggapannya mengenai aksi korporasi yang dilakukan Salim Group. “Saya kira kalau benar mungkin pribadinya (Anthoni Salim) atau perusahaan diluar,” katanya, pekan lalu.
Korea
Perusahaan lain yang merambah bisnis pengolahan air minum adalah PT Adhi Karya Persero Tbk. Emiten konstruksi dengan kode ADHI di Bursa Efek Indonesia ini sedang bernegoisasi dengan investor asal Korea Selatan, K-Water untuk mendirikan usaha patungan. “Tahun depan, kami baru ajukan tender investasi ke Kementerian Pekerjaan Umum,” ujar Direktur Keuangan ADHI Harris Gunawan.
Kini, ADHI juga sedang mengikuti tender proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), yakni SPAM Bandar Lampung. Proyek tersebut hasil konsorsium Adhi Karya dan Suez Environment. Nilai investasinya sekitar Rp700 miliar- Rp 800 miliar. Sesuai rencana, tahap konstruksi SPAM Bandar Lampung pada tahun depan dan diproyeksikan mulai beroperasi Desember 2020. Harris berharap, kontribusi dari lini usaha baru bisa mengerek laba bersih. “Saat ini kontribusinya 30%, kami harapkan bisa meningkat 50%,” ungkapnya.
Perusahaan lain, PT Adaro Energy Tbk melalui anak usahanya PT Adaro Tirta Mandiri, juga mencoba peruntungan dari usaha air minum. Diferensiasi bisnis ini merupakan salah satu upaya Adaro untuk terus tumbuh dan mengembangkan bisnis secara berkelanjutan.
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir menargetkan dalam lima tahun ke depan bisa mengolah air minum sebanyak 4.000 liter per detik. Saat ini, Adaro Tirta mengoperasikan dua proyek build, operate, and transfer (BOT) sejak tahun lalu. Pertama, BOT dengan PDAM Gresik berkapasitas 400 liter per detik. Kedua BOT dengan PDAM Intan Banjar berkapasitas 500 liter per detik. “Kami berkomitmen ikut serta dalam Proyek Strategis Nasional di bidang air minum di seluruh Indonesia untuk mengejar target itu,” katanya.
Tak cuma itu, Adaro Tirta bersama ADHI dan Suez tergabung dalam konsorsium untuk tender proyek SPM Bandar Lampung. [AF-05]
Be the first to comment