Jakarta, AF – Perusahaan suplemen kesehatan asal Malaysia, Bioalpha Holdings akan meningkatkan penetrasi bisnis di Indonesia. Untuk itu, Pemerintah Malaysia melalui Malaysian Technology Development Corporation (MTDC) merekomendasikan Bio Alpha untuk berinvestasi membangun pabrik di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Managing Director Bioalpha William Hon Tian Kok mengatakan, faktor yang paling menentukan dalam kesuksesan ekspansi ini adalah lokalisasi produk. Apalagi, jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia sebagai salah satu prioritas utama Bioalpha dalam memperluas jaringan distribusinya. “Produk yang kami pasarkan di Malaysia sangat berbeda jika dibandingkan dengan Indonesia, dan berbeda pula dengan yang kami pasarkan di Tiongkok,” kata Hon seperti dikutip dari media Malaysia, The Star, akhir pekan lalu.
Untuk itu, menurut Hon, pihaknya akan memaksimalkan kinerja tim riset dan pengembangan (R&D) perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen Indonesia. Selain memproduksi suplemen kesehatan, Bioalpha memiliki berbagai lini bisnis, diantaranya bisnis pertanian terpadu, R&D, manufaktur, dan ritel melalui jaringan apotek Constant. Perusahaan juga memiliki hak kekayaan intelektual (HKI) atas teknologi fermentasi cair miliknya, yang memproduksi miselium dari jamur obat untuk digunakan dalam produk suplemen kesehatan Bioalpha.
Saat ini, Bioalpha membangun fasilitas manufaktur di Kampar, Riau. Melalui pabrik yang mulai dioperasikan pada tahun lalu tersebut, perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk dengan merek sendiri (Original Brand Manufacturing/OBM) dan merek perusahaan lain (Original Design Manufacturing/ODM).
Senior Vice President MTDC Abdul Rahman Yasir mengatakan pihaknya mendorong Bioalpha untuk melakukan investasi tersebut. Nilai ivestasi untuk pembangunan pabrik dilakukan secara bertahap dan tahap pertama untuk dana pembangunan senilai 3 juta dolar AS atau setara Rp 42 miliar.
Rahman juga mengatakan, nantinya juga akan ada investasi ladang seluas 51 hektare yang akan ditanami tumbuhan herbal, tepatnya di kawasan Sungai Pinang, Kecamatan Tambang, Kampar. “Di atas lahan seluas itu, akan ditanami tumbuhan herbal seperti kunyit, pasak bumi, temulawak, dan lainnya,” kata dia.
Kemudian ada juga tanaman herbal yang ada di Malaysia namun tidak ada di Indonesia, kata dia, yang juga akan dibawa untuk ditanam di kawasan tersebut.
William Hon menambahkan, pihaknya di Malaysia telah memproduksi berbagai jenis obat herbal yang dipasarkan ke berbagai negara. “Bahkan produk kami telah sampai dipasarkan ke China,” katanya.
Dengan pasar yang sangat potensial, lanjut dia, maka kemudian direncanakan pengembangan ke negara-negara tetangga, salah satunya di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Kampar. “Menurut saya Kampar merupakan daerah amat potensial untuk dikembangkan tanaman herbal karena terdapat lahan yang luas,” katanya.
Bupati Kampar Jefry Noer mendukung rencana tersebut dan berharap akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di Kampar.
“Dengan dibangunnya Pabrik Herbal di Kampar, tentu akan menyerap tenaga kerja dan potensi kebutuhan pokok tanaman obat keluarga (toga) dari masyarakat yang dapat kita berdayakan,” katanya. [AF-04]
Be the first to comment