Jakarta, AF – Pakar yang juga dikenal sebagai Bapak Teknologi Pangan Indonesia, FG Winarno, merayakan ulang tahun ke-80 pada Kamis (15/2) di Kampus Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.
Perayaan ultah tersebut cukup istimewa karena dipadu dengan bedah buku serta upacara menjahit bendera merah putih.
Winarno yang juga guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengajak hampir seluruh kerabat yang terdiri dari tokoh dan pakar dalam bidang pangan, cendekiawan, dan akademisi hingga pelaku usaha untuk bersama-sama menjahit kain merah dan putih. Dalam acara tersebut, nuansa perayaan dan ruangan pun didesain dengan warna dasar merah dan putih.
“Acara ini cukup sakral dan selalu terkenang dalam hati saya tentang nasionalisme Indonesia. Untuk itu dalam perayaan ulang tahun ke-80 ini saya ingin mengajak pentingnya memaknai Sang Saka Merah Putih tersebut,” kata Win, demikian sapan akrab dari mantan Presiden Codex Alimentarius Commission (CAC). CAC merupakan badan di bawah PBB untuk melindungi kesehatan konsumen dan menjamin perdagangan pangan yang adil.
Sebelum acara menjahit dilakukan, Win mengisahkan bagaimana dirinya begitu terkesan akan makna dan semangat ke-Indonesia-an dari bendera Merah Putih tersebut. Hal itu berawal dari perintah guru sekolahnya, Ibu Sri, yang meminta para muridnya untuk menjahit secarik kain merah dan putih. Hasil jahitan itulah yang disematkan pada dada kiri para siswa kelas 4 setingkat Sekolah Dasar (SD) di Klaten, Jawa Tengah.
“Anak-anak, yang ada di dada kirimu bukan sekadar merah putih, itulah Sang Saka Merah Putih, satu-satu-satunya bendera Republik Indonesia,” ucap Win mengutip pernyataan gurunya yang disambut tepuk tangan ratusan hadirin tadi malam.
Bagi Win, meski dirinya baru berusia 10 tahun, namun semangat yang ditanamkan gurunya itu tertanam hingga saat ini. Perlahan-lahan dia pun menyadari bahwa seruan kemerdekaan tersebut kemudian bermakna membangun nasionalisme dan kemandirian bangsa.
“Hal ini bisa diimplementasikan secara kontekstual dalam bidang pangan maupun bidang-bidang lainnya,” kata Win.
Wida Winarno, salah satu putri FG Winarno, mengatakan makna penyematan lencana Merah Putih itu selalu ditanamkan oleh ayahnya sejak dini. Hal ini untuk menanamkan rasa nasionalisme bagi anak-anak dan keluarganya serta senantiasa terus mendorong kedaulatan Indonesia.
“Kalau mau dihitung mungkin lebih dari 1000 kali kisah yang dialami ketika Bapak (FG Winarno) mengenakan lencana tersebut,” ujarnya.
Usai acara penjahitan, Sang Saka Merah Putih kemudian dikibarkan dalam ruangan. Hampir sebagian besar kolega yang ikut menjahit bendera tersebut merasakan hikmat dan nuansa historis yang sangat bermakna. [AF-02]
Be the first to comment