Gelombang PHK Bermunculan, Amankah Industri Mamin?

Klaperkong, risol dan comro yang serba singkong.
Klapertart, risol dan combro (Ist)

Jakarta, AF –  Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) mulai melanda industri domestik. Namun, kondisi ini sepertinya masih jauh dari industri makanan dan minuman (mamin) yang diprediksi bisa bertahan di tengah kiris.

“Saya belum dengar ada PHK besar-besaran melainkan hanya shifting sebagai bentuk efisiensi,” ujar Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman, Senin (21/11/2022).

Shifting yang dilakukan salah satunya berupa penggunaan teknologi otomatisasi dalam proses produksi. Kemudian, seperti dilansir CNBC Indonesia, sebagian tenaga kerja dialihkan ke sisi hilir atau bagian distribusi dan penjualan.

Dengan langkah tersebut, para pemain di industri mamin bisa lebih efisien dalam menjalankan bisnis. Proses manufakturnya juga bisa berjalan dengan biaya tenaga kerja yang lebih hemat.

Meski masih cukup bertahan, Adhi tak menampik industri mamin ke depan bakal cukup menantang. Terlebih, mayoritas bahan baku produksi di sektor ini masih impor.

Tentu, nature yang seperti itu membuat industri mamin bisa lebih tertekan lagi akibat mahalnya bahan baku impor seiring dengan terjadinya strong dollar.

Oleh sebab itu, Adhi mendorong setiap perusahaan di industri mamin untuk terus melakukan inovasi dengan mencari alternatif bahan baku di tengah situasi geopolitik global. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya pelarangan ekspor di sejumlah negara yang menjadi sumber bahan baku induusri makanan dan minuman Tanah Air.

“Tiba-tiba satu negara lockdown atau tak boleh mengekspor bahan baku. Ini karena sudah terjadi seperti gula, terigu, atau gandum, dan beberapa komoditi lainnya tiba-tiba dilarang ekspor. Ini kita harus cari alternatif lain,” ungkapnya.

Adhi juga sepakat untuk mencari alternatif bahan baku makanan dan minuman dengan sember daya kearifan lokal sesuai dengan instruksi pemerintah. “Ini yang harus kita kejar supaya mengurangi tekanan dari nilai tukar maupun geopolitik lainnya,” imbuhnya.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian memprediksi industri mamin tumbuh 3,57% di Kuartal III-2022.  Pertumbuhan triwulan III-2022 itu lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat 3,49%. Meskipun pandemi Covid-19, subsektor mamin masih tumbuh dan berkontribusi pada pertumbuhan industri nonmigas yang mencapai 4,88%.

“Pada periode yang sama, industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 37,82% terhadap PDB industri pengolahan non-migas, sehingga menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika belum lama ini. [AF-04] agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*