Jerman Butuh Keripik, Diaspora di Australia Rindu Singkong, Lampung Menjerit

Webinar MSI bahas industri tapioka
Webinar MSI bahas industri tapioka

Bogor, Agrifood.id – Kamis dua pekan lalu (24/2/2022), saya berkesempatan mengikuti bincang-bincang online dengan Ardian Wicaksono yang juga Konsul Jenderal (Konjen) RI di Hamburg, Jerman. Bagi sebagian orang, obrolan dengan Jerman mungkin identik dengan teknologi tingkat tinggi atau konsep sosialisme yang membuat negara tersebut kuat dan makmur. Kali ini, obrolannya ringan-singan saja, seputar singkong. Rupanya Jerman dan pasar Eropa secara umum membutuhkan olahan singkong yang cukup besar. Selama ini peluangnya ditangkap Thailand, Vietnam dan beberapa negara Afrika.

Baca : Berpotensi Atasi Stunting, Olahan Singkong Perlu Dikembangkan

“Beberapa keripik singkong dari Indonesia bisa diperoleh di restoran-restoran Indonesia di Jerman, itupun tidak semua ada. Kalau di toko-toko Asia biasanya belum banyak olahan singkong dari Indonesia,” ujar Ardian dalam bincang santai bersama Masyarakat Singkong Indonesia (MSI).

Pengalaman penulis yang pernah magang dan liputan di kota Berlin, Bonn, Hamburg, dan Frankfurt pun demikian. Meski saat itu belum terpikir secara khusus tentang memanfaatkan peluang olahan singkong tersebut. Biasa disebut toko Asia, tetapi hanya didominasi Thailand, Vietnam, dan sedikit Malaysia.

Ardian menyarankan mulai dirintis dan menawarkan produk olahan singkong yang tahan lama. Bisa dititip dulu di kantor-kantor Konjen di Jerman atau beberapa restoran Indonesia.

Ima M Zainuddin, salah satu rekan yang sedang mengambil postdoctoral tentang daya tahan singkong di Belgia, mendorong perlunya promosi di seantero Eropa. Kadang ketika kangen mau makan singkong, terpaksa menikmati singkong bukan dari Indonesia.

“Semoga ini menjadi salah satu peluang bagi Indonesia. Saatnya kita semua meningkatkan potensi ekonomi dari singkong. Ini butuh kerja sama dari semua pihak,” kata Ketua DPN MSI Arifin Lambaga dalam sejumlah kesempatan.

Baca : Buang Rp 1,2 Miliar Per Bulan, Sukabumi Perlu Industri Pengolahan Singkong

Indonesia sebenarnya mengekspor singkon beku. Catatan MSI, seperti ditulis KatongNTT.com, menyebutkan pada Oktober 2021 lalu, ekspor singkong beku ke pasar Amerika dan Eropa mencapai Rp 137 miliar. Angka tersebut kecil bagi Indonesia, tetapi sebenarnya cukup berarti untuk daerah-daerah di Indonesia bagian timur yang punya potensi singkong, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebagaimana Jerman, Australia juga sebenarnya punya potensi pasar untuk berbagai olahan singkong. Memang benar, makanan utama warga Australia tentu bukanlah singkong. Namun, pasokan singkong dari Fiji, Vanuatu, dan beberapa negara-negara Pasifik lainnya cukup signifikan.

Singkong beku yang dijual di Sydney.

Sejumlah pasar grosir atau supermarket di Sydney atau beberapa kota lainnya di Australia justru banyak ditemui produk singkong dari Thailand dan Vietnam. Lagi-lagi kedua negara itu merupakan eksportir singkong terbanyak. Indonesia pernah menjadi produsen nomor satu di dunia, tapi sulit menjadi eksportir terbesar. Maklum, singkong dianggap tidak terlalu penting seperti padi, jagung, kedelai atau produk-produk pertanian lainnya.

Meski banyak singkong dan olahannya dipasok ke Australia, potensi bagi Indonesia masih ada. Beberapa diaspora menilai rasa singkong di Australia berbeda dengan singkong asal Indonesia. Bisa jadi faktor varietas, lahan atau terlalu lama dalam freezer untuk singkong beku.

Salah satu yang sulit dicari di Australia adalah singkong kuning. Singkong kuning, khususnya dari NTT, umumnya bisa diolah untuk berbagai keperluan. “Ibu saya selalu membuat beberapa penganan dari singkong kuning. Rasanya tidak bisa digantikan oleh makanan lain. Ini yang susah dicari di Sydney,” kata Roberth Raya, warga NTT yang menetap di Sydney.

Tidak hanya di Sydney, beberapa kota lainnya pun demikian. Ada beberapa warga Indonesia yang membudidayakan singkong di Australia dalam jumlah kecil. Biasanya di halaman rumah atau kebun mini mengisi waktu luang. Lihat saja di Youtube atau kanal-kanal media lainnya, tapi mencari singkong kuning khas Indonesia tidak mudah. Ini jadi peluang, apalagi harga singkong di Australia lebih mahal dari keju.

Ironisnya, beredar kabar bahwa Indonesia mulai impor produk turunan singkong. Bagi produsen singkong kuliner isu ini tidak berpengaruh besar, tapi sangat memukul petani di sejumlah sentra singkong, seperti Lampung. Dalam sebuah webinar MSI beberapa waktu, pembahasan mencari solusi industri tapioka sepertinya belum ada ujungnya.

Ketua DPW MSI Lampung Rizani Wijaya dan sejumlah pihak di Lampung sudah berkali-kali mengingatkan bahwa tahun depan produksi singkong akan anjlok. Itu berarti banyak pabrik tapioka bakal tutup karena tidak ada pasokan singkong. “Semakin banyak petani singkong pindah ke jagung. Singkong sudah tidak menjanjikan lagi,” ujar Rizani.

Singkong memang “anak tiri”, potensinya luar biasa tetapi nyaris tidak diperhatikan. Jangan sampai hanya jadi pelajaran sejarah bahwa Indonesia pernah unggul dari Thailand dan Vietnam.

[ditulis oleh Heri Soba / Sekjen MSI]

Agrifood.id adalah portal pangan (pertanian, perkebunan, perikanan) serta industri makanan/minuman. Selain sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa, seperti konsultasi, komunikasi dan promosi produk atau komoditas untuk industri, penguatan brand/merek/citra dan berbagai kerja sama lainnya. Info lebih rinci bisa hubungi 081356564448 atau agrifood.id@gmail.com.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*