Kuasai Pasar MSG, ‘Sasa’ Optimistis Penjualan 2019 Tetap Stabil

Ilustrasi

Jakarta, Agrifood.id – Industri penyedap rasa atau produk monosodium glutamat (MSG) bersiap memenuhi permintaan pasar pada tahun 2019 ini. Para produsen optimistis konsumsi di tengah masyarakat terhadap produknya dapat bertumbuh stabil, terutama momen bulan puasa dan lebaran nanti.

Rudolf Tjandra selaku Chief Executive Officer PT Sasa Inti mengatakan semua lini bisnisnya baik MSG maupun produk non-MSG yang meliputi bumbu makanan dan tepung bumbu akan meningkat cukup banyak. “Paling tidak 20% di atas bulan-bulan sebelumnya,” ujarnya baru-baru ini.

Khusus untuk segmen MSG, menurut Rudolf, diperkirakan peningkatannya tidak sebesar produk non-MSG. Dia memaparkan bahwa trend pasar MSG beberapa tahun kedepan diprediksi cenderung stabil.

“Walaupun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan berbagai institusi dalam dan luar negeri sudah mempublikasikan temuan mereka bahwa MSG sangat aman untuk di konsumsi. Namun tampaknya masyarakat sekarang lebih prefer MSG dalam bentuk produk kaldu penyedap,” sebut Rudolf.

Oleh karena itu, menurut manajemen kontribusi MSG saat ini bagi penjualan sudah tidak sebesar dahulu. Saat ini porsi penjualan Sasa didominasi produk non-MSG seperti bumbu praktis, kaldu praktis dan tepung bumbu sebanyak 60%, sedangkan sisanya 40% diisi oleh produk MSG.

Baca : Wings Food Antisipasi Lonjakan Permintaan Jelang Bulan Puasa

Di kategori tepung bumbu, manajemen mengklaim mampu menjadi market leader dengan pangsa pasar 48%. Sementara produk santan praktis menempati nomor dua di jajaran modern market.

Rudolf mengatakan Sasa masih menjadi market leader bagi produk MSG dengan penguasaan pasar diatas 40%. Produknya rata-rata 70% diserap pasar tradisional dan sisanya 30% ritel modern. Kedepan, seperti ditulis Kontan, perusahaan ingin lebih fokus pada produk non-MSG yang berkutat di kitchen foods alias bumbu dapur praktis. Perusahaan akan memperkuat product improvement dan produk-produk baru yang sudah ada di pipe line untuk beberapa tahun ke depan.

Sebelumnya dikabarkan perseroan mengincar penjualan sebesar Rp 4,5 triliun. Sembari mengejar target tersebut Sasa juga terus mempelajari kemungkinan menambah portofolio produk baru secara berkala.
Sementara itu bagi brand MSG Ajinomoto bulan puasa nanti tentu bakal menjadi berkah tersendiri bagi bisnis bumbu instan. “Kalau menghadapi bulan puasa itu biasanya dan umumnya penjualannya lebih baik karena masyarakat terdorong ingin masak di rumah sehingga berefek ke penjualan bumbu,” sebut Direktur PT Ajinomoto Indonesia, Tri Mulyo Indianto, Senin (8/4).

Namun bisnis MSG ini bukan tanpa tantangan, menurut Tri dari segi margin keuntungan tahun ini cenderung berat. Sebab harga bahan baku yakni molase (tetesan tebu) selalu mengalami peningkatan.
“Sedangkan harga produk kami tidak bisa tiba-tiba naik,” terangnya. Untuk itu perseroan terus mencari siasat agar tetap efisien, selain menguatkan penjualannya di pasar ritel.

Baca : Usaha Makanan Paling Rawan Terjadi Kebakaran di DKI Jakarta

Lalu ada pula Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang mengandalkan brand Royco-nya. Hernie Raharja, Foods Director PT UNVR mengatakan, bisnis penyedap rasa setiap tahun mengalami pertumbuhan disebabkan oleh jumlah orang yang memasakan bertambah banyak baik dari kalangan ibu rumah tangga atau pun generasi millenials. Penggunaan bumbu penyedap juga dirasakan meningkat karena digunakan ke berbagai jenis variasi makanan. Untuk itu penyedap rasa Royco terus melakukan inovasi dan strategi dalam menghadapi persaingan pasar yang permintaannya cukup banyak. [AF-06]

agrifood.id // agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*