Banyuwangi, Agrifood.id – PT Perkebunanan Nusantara XII (PTPN XII) akan menggenjot produktivitas tanaman kakao hingga tiga kali lipat melalui program penyehatan (healing strategic) mulai tahun ini. Salah satu prioritas seiring meningkatnya permintaan kakao di pasar adalah kakao edel karena tidak banyak yang membudidayakannya.
Direktur Utama PTPN XII M Cholidi mengatakan, produktivitas tanaman kakao milik PTPN XII, baik untuk tanaman kakao curah atau lindak (bulk cocoa) maupun kakao edel atau mulia (fine cocoa), cukup rendah sekitar 300 kilogram (kg) per hektare (ha) per tahun atau di bawah titik impas (break even point/BEP) biaya produksi.
Saat ini PTPN XII memiliki total luas areal perkebunan kakao 5.587,81 ha. Dari luas areal perkebunan kakao tersebut, luas areal tanaman kakao edel 2.256,32 ha dan kakao lindak 3.331,49 ha. Pada 2018, realisasi produksi kakao edel 312.628 kg atau dengan produktivitas 209 kg per ha per tahun, sedangkan kakao lindak 1.355.504 kg atau dengan produktivitas 377 kg per ha per tahun. Dengan produktivitas di bawah BEP alias merugi tersebut, komoditas kakao tidak menyumbang sepeserpun atas keuntungan PTPN XII pada 2018.
Dijelaskan, program penyehatan menjadi prioritas PTPN XII seiring meningkatnya permintaan kakao di pasar, terutama kakao edel karena tidak banyak yang membudidayakannya. Bahkan, di Indonesia hanya PTPN XII yang menyuplai kebutuhan kakao edel. Padahal, harganya cukup stabil sebesar US$ 5,20 per kg atau separo lebih tinggi dari harga jual kakao lindak US$ 2,60 per kg. Karena mahalnya harga kakao edel tersebut, di pasar dalam negeri kurang begitu laku dan tidak ada yang berani menawar harganya.
“Justru produsen cokelat kelas dunia yang bisa menikmati kelebihan kakao edel. Karena itu, hampir 80% produksi kakao PTPN XII dilempar ke pasar ekspor,” katanya.
Para produsen cokelat kelas dunia, seperti Swiss, menjadikan produk kakao edel sebagai produk unggulan sekalipun mereka tidak pernah menanamnya. Namun mereka bisa membuat taste cokelat yang super enak dengan mengombinasikan dengan kakao edel tersebut. Dengan taste yang lebih halus, kakao edel PTPN XII pun banyak diminati terutama di negara-negara Eropa, seperti Swiss, Prancis, dan Inggris, juga negara Asia seperti Jepang.
“Melalui program penyehatan ini kami ingin mengembalikan kebanggaan PTPN XII yang mampu menghasilkan kakao edel yang sangat dihargai di banyak negara Eropa dan mulai ditanam sejak zaman Belanda,” ungkap Cholidi seperti ditulis Investor Daily.
Cholidi yakin strategi penyehatan yang saat ini mulai dijalankan akan meningkatkan produktivitas kakao PTPN XII hingga mencapai BEP pada tahun ini, atau bahkan melebihinya hingga bisa menyumbang keuntungan PTPN XII.
“Kami optimistis tahun ini komoditas kakao bisa menguntungkan. Dengan begitu, keuntungan PTPN XII tahun ini juga akan lebih besar dari tahun lalu. Apalagi, program penyehatan juga dilakukan pada komoditas lainnya, seperti kopi, karet,dan teh. Tahun ini, kami proyeksikan keuntungan Rp 100 miliar atau naik dari tahun lalu yang masih dalam perkiraan karena belum selesai audit Rp 2,90 miliar,” jelas Cholidi. [AF-05]
agrifood.id // agrifood.id@gmail.com
Be the first to comment