Pangan Lokal Didorong Jadi Menu Utama Hotel & Restoran

Kasuami terbuat dari singkong (wakatobitourism.com)

Kendari – Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, mengajak pihak hotel dan restoran yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ikut mempromosikan pangan lokal setempat yakni Sinonggi, Kasuami, Kambose dan Kabuto (Sikkato). Sikkato bukan terbuat dari beras, tetapi dari sagu, jagung, singkong dan ubi kayu.

Plt Wali Kota Kendari, Sulkarnain, di Kendari, belum lama ini mengatakan promosi yang diharapkan dengan cara menjadikan Sikkato sebagai menu utama di hotel dan restoran.
“Sehingga setiap pengunjung atau tamu dari luar daerah mudah mendapatkan pangan Sikkato. Harapan kita pangan Sikkato ini menjadi salah satu incaran para penikmat kuliner dari berbagai kalangan di kota ini,” katanya.

Dikatakan, dengan promosi selama ini maka setiap tamu pemerintah atau warga luar Sultra yang berkunjung ke daerah itu selalu ingin mencicipi panganan lokal sinonggi.
“Pangan Sikkato semua bersumber dari nonberas yakni sinonggi bahan bakunya sagu, kambose bahan bakunya jagung, kasuami bahan baku singkong dan kabuto bahan baku ubi kayu,” katanya.

Menurut dia, mengkonsumsi pangan lokal khas Kendari bisa mengurangi ketergantungan warga terhadap pangan beras. “Sumber pangan lokal ini mudah dibudidayakan di pekarangan rumah, minimal untuk kebutuhan atau konsumsi rumah tangga,” katanya.
Saat ini, sudah banyak rumah makan di Kendari yang menyediakan pangan lokal terutama Sinonggi sebagai menu utama.

Sebagaimana Kendari, kuliner Gohu ikan yang khas dari Maluku Utara diminati banyak wisatawan dalam da luar negeri yang berkunjung ke daerah ini.
“Hampir setiap wisatawan yang berkunjung ke Malut, selalu minta diantar ke rumah makan atau restoran yang menyajikan gohu ikan,” kata salah seorang pemandu wisata di Malut, Anuwar Hamsa belum lama ini.

Kuliner gohu ikan yang dikenal masyarakat Malut sejak ratusan tahun silam dibuat dari bahan baging ikan mentah yang cincang halus, umumnya jenis ikan cakalang dan ikan tuna serta dicampur dengan aneka bumbu seperti jeruk, bawang merah, cabai, daun kemangi dan garam yang dipanaskan dengan minyak goreng.

Menurut dia, wisatawan yang pertama kali melihat kuliner gohu ikan agak ragu untuk menyantapnya karena wujud ikan mentah pada kuliner itu sangat menonjol, tetapi setelah mencobanya rata-rata menyatakan suka bahkan tidak sedikit yang menambah sampai dua porsi.

Kuliner gohu ikan yang dimakan dengan sagu sempeng singkong rebus dulu hanya dijual rumah makan kuliner tradisional. Kini mulai pula dijual restoran, bahkan hotel bintang empat seiring dengan semakin banyaknya peminat kuliner itu.

Seperti ditulis Antara, kuliner khas lainnya di Malut yang juga cukup diminati wisatawan adalah popeda dari bahan sagu dan kuah ikan serta air guraka yakni minuman khas dari bahan jahe, gula merah, santan kelapa, dan kenari.
Kuliner khas yang banyak diminati wisatawan untuk dibawa pulang ke daerah asal sebagai cenderamata, di antaranya bagea kanari sejenis kue kering dari bahan sagu dan kenari serta kopi rempah dari bahan kopi hitam, cengkih, pala jahe dan kayu manis.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Malut, Samsudin A Kadir mengaku pihaknya terus mendorong para pelaku usaha ekonomi kreatif yang menjual kuliner khas daerah ini untuk memperhatikan faktor keamanan dan kesehatan kuliner yang mereka jual. [AF-04]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*