Yogyakarta-Ketua Perhimpunan Teknik Pertanian (Perteta) Desrial mengatakan produktivitas tanaman sawit di Indonesia saat ini masih rendah rata-rata hanya sekitar 13 ton tandan buah segar (TBS) per hektare per tahun.
“Padahal potensinya bisa sampai 25 sampai 30 ton per hektare per tahun,” kata Desrial usai Seminar Nasional Perteta di Instiper Yogyakarta, pekan lalu.
Dikatakan, dengan produktivitas tanaman sawit yang masih rendah maka digelar seminar dengan tema Mekanisasi, Otomasi dan Aplikasi ICT (Information and Communication Technology) dalam Mendukung Bioindustri dan Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan.
Baca : Pertama Kali, Sekitar 2.000 Alumi IPB Donor Darah Serentak 9 Kota
Menurut dia, salah satu permasalahan dalam meningkatkan produktivitas sawit adalah meningkatkan efisiensi atas setiap proses. Efisiensi serta peningkatan kualitas itu dapat dicapai apabila menerapkan mekanisasi pertanian.
“Oleh sebab itu dalam seminar kali ini kami mengajak kawan-kawan Perteta dari seluruh Indonesia mempresentasikan hasil-hasil riset khususnya untuk budidaya sawit baik dalam hal on farm maupun off farm,” dosen Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Seperti diberitakan Antara, peserta seminar nasional merupakan anggota Perteta selaku akademisi pertanian dari berbagai universitas. Untuk itu, hasil dari formulasi riset diharapkan bisa menjadi rekomendasi kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) atau pemerintah tentang teknologi yang perlu diaplikasikan.
Desrial menjelaskan saat ini yang menjadi permasalahan dalam peningkatan produksi sawit adalah terkait transportasi untuk mengangkut buah sawit, atau dari lahan sawit ke tepi jalan yang belum didukung dengan infrastruktur yang memadai.
“Sekarang ini masih pakai ‘pikulan’, kereta sorong, sehingga kalau sudah mulai musim hujan banyak yang terbuang, bahkan 10 sampai 20 persen (hasil panen sawit) tidak bisa diangkat karena kondisi itu tadi,” katanya.
Baca : 118 Juta Benih Sawit Diserap Selama 2017
Desrial sendiri memiliki inovasi Transporter Fastrex CT02 yang merupakan unit transportasi atau transporter untuk mengevakuasi TBS sawit dari kebun menuju tempat pengumpulan hasil. “Alat ini mengangkut TBS sawit dari kebun ke tempat pengumpulan hasil. Unit ini dapat bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya. Alat ini didesain mampu beroperasi pada kemiringan hingga 30-45 derajat. Handal di lahan gambut dengan daya dukung rendah, lahan kering dalam keadaan berbukit dan lahan basah yang tidak stabil,” kata Desrial dalam sebuah pameran di Jakarta.
Secara terpisah, Direktur PT Mitra Agro Servindo (MAS) Eko Dermawan menyambut baik semua upaya meningkatkan efiisiensi dan produktivitas kelapa sawit. Hal itu sangat penting karena akan berdampak baik kepada kesejahteraan para petani atau produsen kelapa sawit.
“Pendekatan teknologi dan meningkatkan efisiensi merupakan hal yang sangat mutlak. Perlu sejumlah terobosan sehingga memberikan hasil panen yang optimal. Untuk itu kami juga memberikan sejumlah layanan dan inovasi teknologi sehingga produktivitas sawit meningkat,” kata Eko yang juga jebolan dari Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fateta, IPB ini. [AF-02/agrifood.id@gmail.com]
Be the first to comment