Santan Kelapa Kemasan Semakin Banyak Diminati

Diskusi tentang pemrosesan dan pengemasan santan kelapa.

Jakarta, Agrifood.id – Ketersediaan santan kelapa dalam kemasan menjadi salah satu solusi memenuhi permintaan yang terus meningkat. Santan dalam kemasan tetap menjamin kualitas, rasa dan kemudahan dalam memanfaatkannya.

Demikian salah satu pembahasan dalam sebuah diskusi yang digelar perusahaan pengemasan makanan dan minuman Tetra Pak di Jakarta, Kamis (14/11/2019). Acara tersebut menghadirkan beberapa pihak yang terkait dalam produksi dan pengemasan santan kelapa, seperti Martin Jimi selaku Direktur PT Kara Santan Pertama, Azis Sitanggang yang juga pengajar Ilmu dan Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Fatmah Bahalwan selaku pendiri Natural Cooking Club dan Panji Cakrasantana sebagai Marketing Manager Tetra Pak Indonesia.

Martin menjelaskan proses mengenalkan santan kelapa dalam kemasan membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat ini, pemanfaatan santan kelapa kemasan sudah meningkat dan tersebar luas merata di Indonesia. “Awalnya tidak mudah karena sebagian besar masyarakat Indonesia terbiasa dengan santan yang diproduksi langsung. Biasanya dijual dari pasar tradisional,” ujarnya.

Baca : Permen Cajuputs Cocok Musim Dingin, Produksi Kayu Putih Digenjot

Bahkan, lanjut Martin, beberapa daerah yang mempunyai tradisi pemanfaatan santan kelapa cukup tinggi juga sudah memanfaatkan santan dalam kemasan. Hal itu seperti masyarakat Sumatera Barat, Sumatera Utara dan beberapa daerah lainnya sudah terbiasa dengan santan kelapa dalam kemasan.

Dia mengakui masih ada warga yang menilai santan dalam kemasan menggunakan bahan pengawet. Menaggapi hal itu, Panji Cakrasantana menjelaskan bahwa produksi santan kemasan dari Tetra Pak sudah terjamin kualitasnya karena melalui proses ultra high temperature (UHT) dan memakai kemasan aseptik. Teknologi UHT yang memanaskan produk santan kelapa kemasan pada 140 derajat Celcius dalam waktu 8-15 detik sehingga kondisi sterilitas komersial telah tercapai.

“Produk yang sudah melalui proses UHT bertemu dengan kemasan aseptik yang sudah disterilkan dalam 1 lingkungan aseptik, itulah kenapa umur simpan produk kemasan aseptik panjang dan tidak perlu pengawet,” tambahnya.

Baca : Tetra Pak Buka Pusat Inovasi Pelanggan Pertama di Asia

Azis Sitanggang menambahkan dengan teknologi UHT dan aseptik maka tidak ada lagi pemanfaatan bahan pengawet. Teknologi UHT membuat mikroba target berupa Clostridum botulinum dan mikroorganisme patogen maupun pembusuk yang terdapat dalam produk tersebut telah dimusnahkan.

“Implikasi dari proses ini adalah produk dapat bertahan lebih lama jika disimpan pada suhu ruang dan waktu proses yang relatif cepat dapat menjaga nutrisi dan rasa alami dari santan kelapa tersebut,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut dia, pada tahun 2016 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mempunyai aturan terkait steril komersial. “Jadi kalau santan ini termasuk pangan steril komersial. Artinya, sudah ada tata aturan bagaimana suatu pangan steril komersial harus diproses. Jadi santan mengalami proses yang namanya sterilisasi,” jelasnya. [AF-03]

agrifood.id // agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*