
Jakarta – Kementerian Pertanian (Kemtan) akan berusaha mendorong kebijakan baru pada sektor perdagangan komoditas pertanian antara Indonesia dan Jepang untuk meningkatkan nilai ekonomi para petani.
Penasihat Senior Menteri Pertanian Ani Handayani mengatakan, dalam agenda “Indonesia-Japan Business and Technology Symposium”, Kemtan memiliki sejumlah harapan besar kepada pemerintah Jepang melalui kolaborasi bersama menuju kemakmuran.
“Ada beberapa harapan, misalnya kesepakatan untuk penurunan bea masuk komoditas pertanian, memfasilitasi untuk meminimalkan hambatan non-tarif komoditas pertanian, dan ada kerja sama teknis untuk meningkatkan produksi,” katanya di Jakarta, Selasa (8/5).
Dikatakan, hubungan kedua negara yang berlangsung selama enam dasawarsa telah dirasakan manfaatnya berupa proyek manufaktur, industri, hingga infrastruktur. Namun, pada bidang pertanian dirasa masih kurang dan memerlukan dukungan teknologi yang selama ini kurang menjangkau sektor tersebut.
Ani memaparkan, perdagangan kedua negara di bidang pertanian pun terbilang cukup besar, dengan nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai Rp 1 triliun meliputi kopi, kelapa sawit, kapas, kakao, gula, tebu, sagu, dan sebagainya.
Sementara nilai impor dari Jepang mencapai Rp 236 miliar, meliputi komoditas gandum, kedelai, sayur mayur, apel, lobak, teh, dan lainnya. Untuk itu, Kemtan juga mengusulkan penambahan kuota pada pisang dan nanas dengan bea masuk nol. “Kuota ekspor juga diharapkan meningkat, pisang yang semula seribu ton per tahun menjadi 10 ribu, lalu nanas semula seribu ton menjadi delapan ribu ton per tahun,” ujanya seperti ditulis Antara.
Selain itu, Kemtan juga berharap ada bantuan teknis untuk menanggulangi lalat buah yang menyerang tanaman mangga. Menurut informasi yang dia sampaikan, selama ini penanganan lalat buah di dalam negeri masih menggunakan teknologi hot water treatment, sementara Jepang telah menggunakan vapor heat treatment yang dinilai lebih efektif dan canggih.
Komoditas lainnya yang diharapkan mendapat bantuan teknologi dari Jepang ialah melon. “Melon belum bisa masuk ke Jepang karena green house dalam negeri belum memenuhi spesifikasi permintaan Jepang, kami harap ada bantuan teknologi supaya bisa membuat green house yang sesuai dan bisa mengekspor melon Indonesia ke Jepang,” pungkas Ani.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menyampaikan ada keinginan dari pemerintahnya untuk memperdalam hubungan diplomatik kedua negara melalui kerja sama yang disertai dengan alih teknologi. [AF-04]
Be the first to comment