Jakarta, AF – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) akan memperkuat bisnis sagu tahun ini. Hal ini bertujuan untuk menciptakan skala ekonomis pabrik sagu perseroan di Papua.
Tahun lalu, perseroan telah mengoperasikan pabrik tepung sagu dengan kapasitas produksi 1.260 ton per bulan di Sorong Selatan, Papua. Kapasitas produksi pabrik yang menelan investasi sebesar US$ 40 juta itu masih bisa dinaikkan menjadi 3.000 ton sagu per bulan.
Direktur Utama Austindo Jaya Istini T Siddharta mengatakan, perseroan akan berupaya untuk menaikkan skala ekonomis pabrik sagu miliknya guna meminimalkan kerugian. “Kami akan meninjau ulang peta jalan pengembangan usaha sagu guna meminimalkan kerugian selama target skala ekonomis belum tercapai,” terangnya di Jakarta, baru-baru ini.
Namun, pihaknya belum bersedia menyebutkan kontribusi bisnis sagu terhadap kinerja keuangan tahun ini. Selama ini, bisnis perkebunan kelapa sawit masih mendominasi sumbangan kinerja keuangan perseroan.
Direktur Keuangan Austindo Jaya Lucas Kurniawan sebelumnya mengatakan, Austindo menargetkan pertumbuhan sebesar 6% sepanjang 2018. Target pertumbuhan ini mengasumsikan harga jual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan inti sawit (palm kernel) cenderung stagnan. Pertumbuhan penjualan ini juga didukung atas ekspektasi kenaikan volume produksi dan penjualan CPO maupun inti sawit tahun depan.
“Kami menargetkan kenaikan penjualan sebesar 6% tahun depan. Namun apabila harga jual CPO mengalami kenaikan tahun depan, target pertumbuhan bakal lebih tinggi,” ujarnya.
Hingga kuartal III-2017, perseroan membukukan kenaikan penjualan sekitar 20% menjadi US$ 102,7 juta, dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 85,6 juta. Sedangkan, laba bersih naik menjadi US$ 39,9 juta, dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 6,4 juta.
EBITDA Austindo Jaya bertumbuh menjadi US$ 79,1 juta dari sebelumnya US$ 23,8 juta tahun lalu. Sementara margin EBITDA naik dari 26,1% menjadi 72,5% di kuartal III-2017.
Terkait realisasi kenaikan kinerja ini, Lucas mengatakan, didukung atas pertumbuhan rata-rata harga jual CPO perseroan menjadi US$ 617 per ton, dibandingkan periode sama tahun lalu senilai US$ 578 per ton. Pertumbuhan juga ditopang atas peningkatan volume produksi.
“Perkebunan kami di Kalimantan Barat berhasil mencetak kenaikan produksi tandan buah segar (TBS) yang signifikan, sehingga berdampak terhadap volume penjualan perseroan. Selain itu, ada pemulihan signifikan pada perkebunan di Belitung pasca dampak negatif El Nino pada 2015 yang menyebabkan penurunan produksi tahun lalu,” ujarnya, seperti ditulis ID.
Tahun 2017, perseroan menargetkan produksi dan penjualan CPO masing-masing 211 ribu ton dan 213 ribu ton. Adapun, luas lahan perkebunan perseroan yang sudah menghasilkan telah hampir 7500 hektare. Perseroan berencana melakukan penanaman kembali tanaman sawit hingga 3.000 ha di Papua dan hampir 1.000 ha berada di Papua Barat.
Austindo Jaya juga akan melanjutkan penjajakan pembangkit listrik berkapasitas 2 megawatt (MW) di Kalimantan dan Sumatera Utara. Perseroan juga masih mengembangkan energi terbarukan berbasis biogas berkapasitas 1,8 MW dan akan ditingkatkan menjadi 4 MW.
Perseroan sebelumnya telah mendapatkan fasilitas pembiayaan bank sejumlah setara dengan US$ 223,8 juta, antara lain pinjaan bank jangka pendek US$ 50,5 juta dan jangka panjang US$ 173,3 juta. Dana tersebut digunakan untuk pembiayaan proyek di Papua senilai US$ 21,3 juta, pembangunan PKS di Kalimantan Barat, dan rencana investasi di peralatan pengolahan edamame US$ 6,4 juta. Saldo. [AF-04]
Be the first to comment