Jakarta, AF – Sejak akhir tahun 2017 harga bawang merah terus menurun hingga saat ini. Keberadaan Dewan Bawang Merah Nasional (Debnas) dalam mencari solusi atas anjloknya harga tersebut dinilai belum optimal. Pemerintah harus segera mencari terobosan untuk mengangkat petani bawang merah yang semakin terpuruk.
“Sudah lebih dari dua bulan harga bawang merah anjlok. Petani terus merugi karena biaya operasional tidak bisa ditutup dari penjualan hasi panen,” ujar Sekretaris Institut Agro Maritim (IAM) Indonesia Ali Saroni di Jakarta, Senin (22/1).
Dari pantauan IAM Indonesia, harga bawang merah terus anjlok sejak dua bulan lalu di sejumlah sentra produksi. Anjloknya harga tersebut hingga Rp 3.000 per kilogram (kg) yang jauh di bawah biaya produksi. Dengan harga tersebut maka petani lebih baik tidak menjualnya karena biasanya dipermainkan para pengumpul yang mempunyai gudang cukup besar untuk menjadi stok.
“Belum ada terobosan dari para pihak yang terkait agar petani tidak semakin merugi dan terpuruk,” kata mantan ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Semarang ini.
Untuk itu, IAM Indonesia mendesak agar keberadaan Debnas harus lebih aktif dalam menyuarakan dan mencari solusi atas persoalan bawang merah. Apalagi, tujuan Debnas adalah mewujudkan agribisnis bawang merah yang terintegrasi untuk kesejahteraan petani dan seluruh pemangku kepentingan bawang merah.
Seperti diketahui, Debnas merupakan organisasi petani bawang merah seluruh Indonesia yang terbentuk di Cirebon, Jawa Barat. Pembentukan Dewan ini merupakan salah satu hasil Kongres Bawang Merah Indonesia di Cirebon pada bulan November 2011. Dalam kongres yang dikuti asosiasi petani bawang merah dari 9 provinsi di Indonesia itu, mereka minta agar pemerintah membatasi impor bawang merah yang membuat petani terpuruk.
“Jadi kalau tidak langkah-langkah strategis, patut dipertanyakan ada apa dengan Debnas,” tanya Ali.
Pekan lalu, para petani bawang di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kecewa dengan pemerintah yang tak kunjung menyelesaikan masalah harga bawang dan berencana mogok tanam.
“Kalau menanam bawang tapi rugi terus buat apa, mending mogok tanam saja,” kata Ketua Kelompok Tani Kecamatan Babakan Cirebon, Wasirudin di Cirebon.
Selama ini, kata dia, pemerintah tidak memihak para petani ketika terus merugi dan sampai kekurangan modal untuk tanam bawang, pemerintah tidak pernah melihat dan membantu. Tetapi ketika harga bawang sedikit naik, mereka ramai-ramai melakukan kunjungan, memberikan bantuan ini itu dan langsung impor dari negara lain.
Kondisi yang sama juga dialami petani di Mijen, Demak, Jawa Tengah. Menurut salah satu petani, Arif Wibowo, harga masih belum bergerak dari Rp 4.5000 – Rp 8.000 per kg yang sebenarnya masih merugikan petani.
Pada awal Januari lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan telah sepakat untuk menugaskan Bulog menyerap bawang merah seharga Rp 15.000 per kg guna mengatasi anjloknya komoditas tersebut di Brebes, Jawa Tengah.
Dalam Rapat Koordinasi Gabungan Ketahanan Pangan dan Evaluasi Upaya Khusus (Upsus) 2017 di Gedung Kementerian Pertanian, Amran mengatakan Kementerian BUMN dan Kementerian Perdagangan sepakat agar Bulog bisa menekan harga bawang yang anjlok hingga 70 persen ke level Rp 4.000 per kg.
Sayangnya, kata Ali, langkah tersebut dinilai belum efektif sehingga kinerja pemerintah dalam bidang pertanian perlu dipertanyakan. [AF-03]
Be the first to comment