Bagaimana Revitalisasi Mesin Industri Makanan dan Minuman?

Ilustrasi produksi air minum dalam kemasan.

Jakarta – Kementerian Perindustrian merencanakan revitalisasi mesin industri makanan dan minuman (mamin) untuk menggenjot pelaksanaan Program Making Indonesia 4.0, yang mana industri ini menjadi salah satu pionir dalam penerapannya.

“Kami ingin ada revitalisasi mesin industri makanan dan minuman jika anggarannya memungkinkan, karena industri ini kan sebagai percontohan untuk menerapkan Industri 4.0,” ungkap Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Abdul Rochim di Yogyakarta, pekan lalu.

Rochim menyampaikan, mekanisme revitalisasi dilakukan dengan cara memberikan subsidi terhadap pembelian mesin industri makanan dan minuman dengan nilai tertentu, di mana pemerintah akan membayarkan sebagian dari harga mesin tersebut.

Baca : Industri Mamin Impor 80% Bahan Baku, Bisa Ditekan dengan R&D

Menurut Rochim, Kemenperin telah mendata kebutuhan anggaran untuk menerapkan revitalisasi mesin industri mamin untuk tahap awal, yakni sebesar Rp10 miliar. “Kebutuhannya itu Rp 90 miliar, tapi untuk tahap awal kami rencanakan Rp10 miliar,” ungkap Rochim.

Diharapkan, program tersebut dapat memacu industri mamin untuk menerapkan revolusi Industri 4.0 dengan melakukan efisiensi dalam proses produksi.

Rochim menyampaikan, saat ini, 30 persen industri mamin telah menerapkan Industri 3.0 dan beberapa industri besar telah menerapkan Industri 4.0 pada beberapa bagian ini produksinya. Implementasi Industri 4.0 diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan industri, sehingga pada 2025 ekspor produk industri mamin meningkat empat kali lipat bila dibandingkan dengan 2014.

“Peningkatan juga terjadi pada nilai tambah, dengan target sebesar 5 kali lipat bila dibandingkan dengan nilai tambah produk pada 2014,” tukas Rochim.

Baca : Iklan Susu Kental Manis, YLKI dan Gapmmi Berbeda Pandangan

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur, menjelaskan bahwa pihaknya terus memperkuat kolaborasi dalam upaya melakukan transformasi ke arah implementasi revolusi industri 4.0 di Indonesia.

“Revolusi industri 4.0 merupakan sebuah lompatan besar di sektor manufaktur, dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara penuh. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai agar meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam proses produksi,” katanya, seperti ditulis Antara.

Ia menjelaskan, salah satu langkah sinergi yang tengah dilaksanakan adalah melengkapi beberapa perangkat teknologi terkini yang dibutuhkan oleh sektor manufaktur nasional guna membangun konektivitas terintegrasi.
Menurut Ngakan, banyak negara mulai menata sektor industrinya supaya mampu menopang kegiatan perekonomiannya secara menyeluruh. “Jadi, mereka telah menyiapkan diri untuk penerapan revolusi ndustri 4.0, antara lain melalui konektivitas yang kuat,” katanya.

Baca : Mamiek Soeharto Dukung Donor Darah Alumni IPB, Tak Minat Politik?

Oleh karena itu, industri nasional perlu melakukan pembenahan, terutama pada aspek penguasaan teknologi digital yang menjadi kunci utama untuk penentu daya saing dan peningkatan produktivitas di era industri 4.0.
“Misalnya, pemanfaatan teknologi Internet of Things, Big Data, Cloud Computing, Artificial Intellegence, Mobility, Virtual dan Augmented Reality, sistem sensor dan otomasi, serta Virtual Branding,” katanya.

Di samping itu, melalui peta jalan Making Indonesia 4.0 yang telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada April lalu, pemerintah dan para pemangku kepentingan telah memiliki pemahaman yang sama dan arah yang jelas dalam memacu pertumbuhan dan daya saing industri nasional di kancah global. [AF-05]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*