Benahi Data Garam, 75.000 Ton Garam Australia Masuk Pekan Ini

Salah satu lokasi tambak garam di Flores, NTT.

Bogor, AF – Pemerintah harus memperbaiki data pergaraman, terutama data produksi. Data yang tidak akurat diduga menjadi salah satu penyebab kelangkaan garam saat ini.

Ketua Umum Asosiasi Petani Garam Republik Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin memaparkan, mengacu data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi garam nasional pada 2014-2016 berturut-turut 2,50 juta ton, lalu 3,25 juta ton, dan 140 ribu ton. Sementara angka kebutuhan garam konsumsi 1,50 juta ton. “Apabila data KKP itu benar, berarti pada 2016 harusnya ketersediaan garam nasional mencapai 2,89 juta ton. Dengan kebutuhan 1,5 juta ton maka stok awal Juli 2017 seharusnya 1,39 juta ton. Seharusnya, kalau langka seperti sekarang, berarti ada penimbunan garam, nyatanya (setelah dicek) tidak ada (penimbunan). Karena itu, data garam harus dibenahi,” kata dia di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, kelangkaan garam saat ini sudah diprediksi APGRI. Berdasarkan perhitungan APGRI, produksi garam nasional pada 2014 sebesar 1,90 juta ton, yakni 1,60 juta ton produksi petani rakyat dan 300 ribu ton oleh PT Garam. Periode panen adalah Juli-Oktober/awal atau pertengahan November setiap tahun. Total kebutuhan garam konsumsi pada periode Juli 2014 hingga Juni 2015 adalah 1,50 juta ton.

Jadi, pada Juli 2015 stok awal garam konsumsi tersedia 400 ribu ton. Ditopang oleh El Nino, produksi garam nasional 2015 mencapai 2,25 juta ton. Ditambah stok awal 400 ribu ton, ketersediaan garam pada 2015 adalah 2,65 juta ton.
Sementara, kebutuhan garam konsumsi nasional pada Juli 2015-Juni 2016 adalah 1,50 juta ton. Artinya, pada Juli 2016, stok awal garam nasional adalah 1,15 juta ton. Akibat La Nina, curah hujan yang tinggi, produksi garam nasional hanya 140 ribu ton sepanjang periode panen. Jadi, garam yang tersedia pada 2016 adalah 1,29 juta ton.
Apabila kebutuhan garam konsumsi setiap bulan adalah berkisar 125 ribu ton maka sepanjang Juli-Desember 2016 total mencapai 750 ribu ton. Artinya, sisa stok 2016 hanya ada 540 ribu ton, inilah yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan Januari-Juni 2017 atau hanya mencukupi 4 bulan atau Januari-April 2017.

“Mei-Juni 2017 kita kekurangan garam. Panen baru dimulai Juli. Wajar kalau sekarang langka. Kalau pun ada panen, begitu masuk pasar langsung habis. Bahkan Bareskrim sudah memeriksa setiap gudang, semua kosong. Padahal, kalau mengacu pada data KKP, seharusnya tidak langka,” kata dia.

Impor
Sementara itu, garam impor dari Australia sebanyak 75.000 ton sudah bisa masuk ke Indonesia pada 10 Agustus ini. Saat ini, PT Garam masih menunggu izin persetujuan (surat persetujuan impor/SPI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Direktur Keuangan PT Garam (Persero) Anang Abdul Qoyyum mengatakan, impor garam itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Izin impor garam itu seharusnya pada Senin (31/7) lalu sudah keluar agar tidak terjadi keterlambatan dalam memenuhi kebutuhan garam nasional. “Namun hingga kini belum ada dan kami masih menunggu izin persetujuan impor dari Kemendag itu untuk masuknya garam impor tersebut,” katanya di sela pertemuan dengan anggota Komisi VI DPR RI di Surabaya, Jawa Timur, pekan lalu.

Apabila izin dari Kemendag segera keluar maka garam impor sudah bisa masuk pada 10 Agustus 2017 nanti untuk memenuhi kebutuhan garam nasional yang total sebanyak 2,8-3 juta ton. PT Garam mendapatkan penugasan impor dari pemerintah sebesar 226 ribu ton. Dari jumlah tersebut sudah dipenuhi sebanyal 75 ribu ton (sedang dalam proses), sedangkan sisanya akan dipenuhi apabila kebutuhan garam Tanah Air kembali mengalami kekurangan.

Menurut Anang Abdul Qoyyum, hingga 30 Juni 2017, PT Garam mencatat produksi garam mencapai sebanyak 3.900 ton dan jumlah tersebut akan ditambah garam impor dari Australia sebanyak 75 ribu ton. “Kami berharap pada Agustus ini ada panen raya mencapai 350 ribu ton serta panen dari petani sebesar 1 juta ton atau total 1,3 juta ton,” katanya. [AF-03]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*