Bogor – Pekan lalu, sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan mengikuti pelatihan yang digelar PT Intidaya Agrolestari (Inagro) di kawasan Cibeuteung Udik, Ciseeng, Bogor, Jawa Barat. Inagro sendiri merupakan kawasan dengan sarana edukasi dan wisata baik perkebunan, peternakan, perikanan, pertanian dan training camp. Kegiatan yang diberi judul Bincang Santai Bareng Praktisi itu cukup menarik para peserta yang datang dari sekitar kota dan kabupaten Bogor, Depok, hingga Bandung dan Minahasa Utara (Sulawesi Utara/Sulut).
“Kami datang untuk belajar model pertanian yang terpadu dan memperluas jaringan,” kata peserta asal Sulut tersebut.
Hal yang sama juga diungkapkan Nur Hasanah yang sempat mengajukan pertanyaan tentang bagaimana membudidayakan cabai agar hasilnya optimal. Wanita pensiunan ini sudah beberapa kali mengembangkan sejumlah tanaman hortikultura dan untuk itulah kesempatan berbincang bersama praktisi tersebut dimanfaatkan dengan baik.
Pertanyaan-pertanyaan para peserta dijawab secara utuh oleh Soekam Parwadi selaku Direktur Pasar Komoditas Nasional dan Nurjaya sebagai praktisi yang banyak membudidayakan cabai dan tanaman hortikultur lainnya. Nurjaya banyak mengulas hal-hal terkait dengan budidaya, sedangkan Soekam banyak mengelaborasi pentingnya pasar dan konsumen untuk menopang usaha pertanian.
Menurut Nurjaya, ada lima langkah yang menjadi kunci sukses dalam budidaya tanaman sayuran dan buah semusim. Kelima langkah itu adalah pengolahan tanah/media tanam, pemakaian benih dan bibit, pemakaian mulsa plastik, pemeliharaan, dan pencinta tanaman. “Tanaman juga perlu diajak bicara dan bagaimana kita ikut merasakan bersama mereka. Ini menyangkut hobi dan sejauh mana kita serius untuk merawat semua yang kita tanam tersebut,” ujar Nurjaya yang sudah 33 kali melakukan panen cabai miliknya.
Khusus soal cabai, ada pemeo menyebutkan bahwa panen pertama hingga kelima merupakan bagian dari upaya menutup modal atau biaya yang sudah dikeluarkan. Setelah melewati tahap itu baru seorang petani cabai bisa dikatakan mulai mandiri.
Selain cabai dari berbagai jenis, para peserta juga akan mendapatkan penjelasan secara langsung tentang budidaya dan merawat berbagai sayuran dan buah lainnya. Mulai dari bawang merah, timun, kentang, kobis, tomat buah, brokoli bersih, wortel, labu siam, hingga melon dan alpukat. Semua tanaman tersebut tentu sudah dikembangkan di kawasan Inagro sehingga peserta bisa praktik secara langsung dan menanyakan berbagai hal.
Lain halnya dengan Soekam. Pria yang tampil enerjik dan penuh tawa ini sangat menekankan pentingnya memahami pasar dan konsumen agar apa yang ditanam bisa memberikan keuntungan. “Semua bisa menanam dan panen, tetapi kalau tidak bisa menjualnya maka itu bukan bisnis. Untuk itu, sebelum memilih komoditas yang mau ditanam, silahkan jalan-jalan ke pasar dulu. Perhatikan, mana yang paling diminati dan bagaimana prospeknya,” tegas Soekam.
Dikatakan, penentuan komoditas dan prediksi sesuai kebutuhan pasar tersebut agar produk yang bakal dipanen dan dijual bisa laku. Jika tidak maka usaha bertani hanya menimbulkan kerugian dan menghasilkan banyak sampah yang tidak terpakai.
Diskusi dengan Soekam dan Nurjaya menjadi sangat menarik karena keduanya adalah praktisi. Tidak mudah untuk bertemu langsung dengan kedua pria yang sudah malang-melintang dalam dunia pertanian. Menyadari animo masyarakat yang masih tunggu untuk mendapatkan informasi yang tepat, Inagro pun memfasilitasi forum tersebut. Tidak hanya itu, Inagro pun mempunyai misi untuk mendorong aktivitas wirausaha berbasis pertanian ini semakin banyak diminati.
“Pelatihan kali ini merupakan awal dari berbagai aktivitas yang akan kami gelar untuk masyarakat. Hal ini sesuai dengan misi dari Inagro yang mendorong munculnya banyak wirausaha berbasis pertanian,” papar Onny Untung yang juga Direktur Inagro.
Ketika membuka acara tersebut, Onny menjelaskan sekilas tentang Inagro yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 1993. Kawasan seluas 76 hektare (ha) yang pernah dirintis pengusaha Bob Hasan ini sedianya menjadi tempat wisata dan pusat pembibitan buah. Sejak krisis ekonomi tahun 1998, usaha ini pun terkena dampak sehingga nyaris tidak terurus selama beberapa tahun. Agrifood.id yang pernah singgah sekitar enam tahun silam pun belum melihat adanya aktivitas yang memadai. Belakangan, pembenahan secara komprehensif sudah banyak dilakukan sehingga Inagro pun semakin layak menjadi destinasi yang tepat untuk kegiatan wisata, pendidikan dan pelatihan, hingga pengembangan sejumlah inovasi pertanian. [Heri/Agrifood]
Be the first to comment