Bungasari Bangun Pabrik Baru, Ekspor Dedak Gandum Meningkat

Produk terigu PT Bungasari Flour Mills.

Jakarta, AF – Permintaan produk terigu terus meningkat. Belum lama ini, PT Bungasari Flour Mills melakukan ground breaking perluasan pabrik di Cilegon, Jawa Barat, dengan fasilitas produksi dan silo (penyimpanan) fase kedua.
“Perluasan ini akan membuat kapasitas produksi Bungasari meningkat dua kali lipat.” tutur Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Mills Budianto Wijaya di Jakarta pekan lalu.

Bersamaan dengan itu, langkah ekspansi lanjutan pun segera dilakukan dengan membangun sebuah pabrik baru di kawasan Medan, Sumatera Utara. “Rencana ini dilandasi untuk memenuhi tingginya permintaan terigu di berbagai daerah, terutama Sumatera bagian utara serta Kepulauan Riau,” ujarnya.

Dikatakan, pemilihan lokasi di Medan karena belum banyak produsen tepung terigu yang mampu melayani permintaan dalam kapasitas besar di kawasan ini. “Diharapkan pada tahun 2020, fasilitas produksi Bungasari di Medan sudah rampung dan mulai beroperasi” Budianto.

Potensi pasar tepung terigu di Indonesia masih sangat tinggi, dimana saat ini rata-rata konsumsi terigu di Indonesia baru mencapai 25 kilogram/tahun per kapita. Salah satu faktor penting yang meningkatkan tingkat konsumsi tepung terigu adalah bahwa tepung terigu sangat mudah untuk diolah menjadi berbagai makanan seperti mie, roti, biskuit, cake, martabak, dan sebagainya, sehingga kemudahan pengolahan tepung terigu ini mampu menggairahkan industri makanan baik yang besar maupun yang kecil terutama sektor UKM. Pertumbuhan pasar tepung terigu juga ditopang peningkatan pendapatan masyarakat sehingga mningkatkan variasi kebutuhan masyarakat.

“Maraknya pertumbuhan industri pengolahan makanan dan kuliner seperti kafe, bakery, atau restoran, membuat kebutuhan tepung terigu terus tumbuh seiring pula dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi,” tambahnya.
Selain itu, Indonesia mulai dikenal sebagai salah satu poros ekspor industri pangan di antaranya produk biskuit yang berbahan baku terigu

Bertumbuhnya industri terigu Indonesia telah diyakini Bungasari sejak kali pertama menancapkan bisnisnya di Indonesia pada tahun 2012. Memulai membangun pabrik canggih di Kawasan Industri Krakatau, Tegalratu, Ciwandan, Kota Cilegon, Banten. Pabrik tepung terigu ini memiliki fasilitas paling modern di Indonesia dengan sistem pengolahan gandum yang canggih dan modern. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kapasitas produksi pabrik Bungasari di Cilegon mendekati optimal.

Bungasari merupakan sinergi dari FKS Group (Indonesia), Toyota Tsusho Corp (Jepang) dan Malayan Flour Mills Berhad (Malaysia).

Limbah

Seiring dengan gandum, permintaan dedak gandum (wheat bran) juga terus meningkat, termasuk untuk ekspor. Badan Karantina Pertanian Cilegon, Banten menyatakan ekspor dedak gandum ke Tiongkok mencapai tiga kali pengiriman dalam sepekan karena permintaan yang tinggi.

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon Heri Yulianto, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu mengatakan ekspor tetap berjalan meskipun hari libur.
Pada Minggu kemarin, sebanyak 21 unit kontainer atau 488,5 ton dedak gandum diberangkatkan ke Tiongkok.
“Ekspor dedak gandum ke Tiongkok sudah rutin, hampir tiap tiga kali pengiriman per pekan. Selasa depan juga akan kirim dedak gandum yang sama,” kata Heri.

Dia menjelaskan pengemasan dedak gandum dilakukan setiap Selasa. Setelah pengiriman pada hari ini, dedak gandum sebanyak 10 unit kontainer atau sekitar 200 ton juga siap diekspor pada Selasa pekan depan. Nilai ekspor dedak gandum yang merupakan limbah penggilingan gandum menjadi tepung terigu ini, sebesar Rp 3.000 – Rp 4.000 per kilogram. Ada pun dedak gandum merupakan bahan baku pakan ternak yang telah lazim digunakan dalam industri pakan.

Petugas Karantina Cilegon juga melakukan pemeriksaan dedak gandum yang diekspor oleh PT Bungasari Flour Mills ini. Pemeriksaan untuk menghindari terbawanya organisme pengganggu tumbuhan (OPT), memastikan kesesuaian jenis dan volumenya.

Heri mengatakan ketidaksesuaian antara dokumen dan fisik dapat berakibat negara tujuan menolak komoditas ini. Untuk percepatan layanan, eksportir diberikan kemudahan pelayanan melalui sistem elektronik terpusat Badan Karantina Pertanian sehingga pengguna jasa yang telah rutin ekspor dapat mudah saat dilayani serta tidak tertahan di pelabuhan. [AF-03]

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*