Paris – Para petani Prancis memblokade kilang minyak dan depot bahan bakar pada Minggu (10/6) sebagai protes atas rencana Total menggunakan minyak sawit impor di pabrik bahan bakar nabati (biofuel). Hal itu memicu ketidakpuasan para petani atas persaingan tidak sehat.
Sekitar 100 petani memblokir depot bahan bakar Vatry di wilayah Marne, Prancis bagian timur laut. Aksi para petani itu membangun barikade dari traktor dan gundukan puing-puing.
Christiane Lambert yang juga Presiden French National Federation of Agricultural Holders’ Unions (FNSEA) mengatakan protes pemanfaatan sawit tersebut berlangsung di 13 lokasi sebagaimana disampaikan dalam wawancara dengan televisi Info Prancis.
Otoritas Prancis bulan lalu memberikan izin kepada Total untuk menggunakan minyak sawit sebagai salah satu bahan baku di kilang bahan bakar nabatinya, La Mede, di Prancis selatan. Hal itu membuat marah para petani yang mengembangkan tanaman penghasil minyak lokal seperti rapeseed dan para penggiat lingkungan hidup.
Seperti diberitakan Deutsche Welle, pihak Total berencana menggunakan lebih sedikit minyak sawit daripada yang diizinkan oleh pihak berwenang, menawarkan jalan keluar bagi rapeseed lokal serta akan mengembangkan daur ulang besar-besaran minyak dan lemak bekas.
Dalam satu dekade terakhir, beberapa komunitas dan negara anggota Uni Eropa, melakukan protes dan membendung sawit dari Indonesia, seperti yang dilakukan para petani Prancis. Adapun beberapa pertimbangan dari aksi protes itu adalah persoalan lingkungan. Sekalipun, banyak juga kalangan meyakini protes itu dilakukan sebagai bentuk proteksi negara Uni Eropa terhadap serbuan minyak sawit (CPO) akan jauh lebih murah.
Terbuka
Kendati ada penolakan, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend menegaskan bahwa Uni Eropa merupakan dan akan tetap menjadi pasar paling terbuka untuk minyak sawit Indonesia.
Pernyataan tertulis Guerend yang diterima Antara didasarkan pada hasil pertemuan antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Uni Eropa mengenai revisi Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa (RED II) pada 14 Juni lalu. Sebagai upaya Uni Eropa melawan perubahan iklim, pertemuan tersebut telah menyepakati revisi Arahan Energi Terbarukan Uni Eropa (RED II). Hal itu mencakup pengurangan bertahap dari sejumlah kategori biofuel atau bahan bakar nabati tertentu yang turut dihitung untuk memenuhi target penggunaan energi terbarukan sebesar 32 persen pada 2030.
“Biofuel akan dikaji dengan perlakuan yang sama, tanpa melihat sumbernya. Teks RED II tidak akan membedakan atau melarang minyak sawit,” kata Dubes Guerend, Sabtu (16/6).
Uni Eropa menjelaskan bahwa tidak ada rujukan khusus atau eksplisit untuk minyak sawit dalam Teks RED II. Ini berarti, tidak ada larangan ataupun pembatasan impor minyak sawit atau biofuel berbasis minyak sawit. Ketentuan yang relevan dalam RED II hanya bertujuan mengatur sejauh mana biofuel tertentu dapat dihitung oleh negara-negara anggota Uni Eropa untuk mencapai target energi berkelanjutan.
“Pasar Uni Eropa tetap terbuka untuk impor minyak sawit. Bagi Indonesia, Uni Eropa adalah pasar ekspor minyak sawit terbesar kedua, dan impor Uni Eropa telah meningkat secara signifikan pada 2017 sebesar 28 persen,” tutur Guerend. [AF-04]
Be the first to comment