Jakarta, AF – Anjloknya harga singkong dalam beberapa saat lalu ternyata berdampak juga terhadap produsen tepung tapioka, sweetener dan karung plastik. Penjualan PT Budi Starch & Sweetener pun tertekan sehingga perusahaan terpaksa memasang target bisnis konservatif selama 2017 dengan memaksimalkan lini produksi.
“Volume produksi memang naik, namun harga jual turun,” kata Wakil Presiden Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk Sudarmo Tasmin.
Sebagai gambaran, pada 2015 lalu harga singkong mencapai Rp 1.000 per kilogram (kg). Namun pada musim panen akhir 2016 lalu, harga rata-rta singkong turun menjadi Rp 700 per kg. Saat ini, harga masih berada di kisaran Rp 750 per kg.
Dijelaskan, hingga kuartal I-2017, penjualan PT Budi Starch & Sweetener Tbk naik 2,5% dari Rp 626 miliar menjadi Rp 642 miliar. Penjualan tapioka juga naik 17% menjadi Rp 498 miliar pada kuartal I 2017. Namun, penjualan bahan pemanis buatan atau sweeteners anjlok 22%, dari Rp 211 miliar menjadi Rp 163 milia.
“Sweeteners memang menurun. Pasar di Indonesia diwarnai produk impor dari India dan negara Asia Tenggara lainnya,” kata Sudarmo, seperti ditulis Kontan, Rabu (6/6).
Sementara itu, PT Budi Starch & Sweetener Tbk membagikan 30% dari laba bersih tahun buku 2016 sebagai dividen tunai kepada para pemegang saham perseroan. Pada 2016, emiten berkode saham BUDI ini mengantongi laba bersih senilai Rp 33,65 miliar. Capaian tersebut meningkat 71,7% dibandingkan dengan raihan pada 2015 yang tercatat sebesar Rp 19,6 miliar. [AF-03]
Be the first to comment