Hindari Jalur Timur-Tengah, Gapmmi Prediksi Harga Produk Mamin Melonjak

Ilustrasi nitrogen cair pada makanan (ISt)

Jakarta, AF – Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyiapkan pasar alternatif mengantisipasi dampak terhambatnya logistik imbas konflik Iran dan Israel. Harga produk makanan dan minuman (mamin) di dalam negeri diprediksi meningkat.

Menurut Ketua Gapmmi Adhi S Lukman, beberapa faktor pemicu kenaikan harga diataranya, pelemahan kurs rupiah dan imbas hambatan jalur logistik. Untuk itu, pihaknya melihat perkembangan dalam tiga ke depan terkait fluktuasi harga pangan.

Gapmmi berharap pasar alternatif di wilayah Amerika Latin dan Australia dapat menggantikan pasar Timur Tengah yang diprediksi akan terganggu. “Alternatifnya ada di belahan Utara sama belahan Selatan, kayak Amerika Latin. Kayak kasus Rusia-Ukraina juga dari belahan Selatan juga cukup membantu ya, dari Australia juga,” kata Adhi pekan lalu.

Kedua kawasan tersebut dinilai aman dan tidak akan berimbas pada peningkatan ongkos logistik. Sementara, beban biaya logistik akan meningkat di wilayah konflik, khususnya kapal-kapal yang melewati Terusan Suez. Selain terganggunya akses logistik, Adhi juga menilai konflik tersebut semakin menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang semakin tinggi.

“Kita banyak sekali bahan baku yang harus kita impor dan tentu akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi kita,” terangnya

Dia menjelaskan industri saat ini sudah semakin tertekan marginnya akibat kenaikan-kenaikan yang luar biasa. Sementara harga jual tidak bisa dinaikkan sebesar kenaikan biaya-biaya tersebut. Itu yang menjadi kendala saat ini. Apalagi beberapa bahan baku impor juga berpotensi mengalami kenaikan harga akibat meningkatnya eskalasi geopolitik.

“Ya, sebagian besar yang diimpor seperti gandum, gula, garam, kedele, susu, itu seperti susu itu 80% impor bahan-bahannya. Gandum 100%, tentunya gula 100%, garam kira-kira 70%, belum ingredients yang lainnya, food ingredients mulai dari vitamin, mineral, kemudian ingredients-ingredients lain. Jadi Jadi ini yang menurut saya harus diantisipasi dan tentunya hampir sebagian besar makanan minuman mengandung bahan-bahan tersebut. Oleh sebab itu saya agak sulit mengatakan produk apa, tapi hampir semua kena,” kata Adhi.

Sambil menunggu perkembangan geopolitik, industri mamin, khususnya skala menengah-besar tidak serta-merta menaikkan harga untuk saat ini. Rata-rata lebih mementingkan penjualan tetap bisa dijaga dengan mempertahankan harga meskipun harus mengorbankan margin karena punya planning jangka panjang.

“Kenaikan harga di industri besar itu harus diskusi dengan ritel, dengan distributor, dsb prosesnya panjang, kita harus wait and see dulu tidak serta merta naik. Tapi bagi industri kecil yang stok, ketahanan stoknya sangat rentan sekali bahkan mereka kadang-kadang punya kapasitas stok hanya satu hari, satu minggu dan lain sebagainya,” kata Adhi.

Bagi industri kecil, mau tidak mau kenaikan harga tersebut dilakukan karena industri tersebut tidak bisa berproduksi lagi jika tidak menaikkan harga jual atau mengurangi ukuran jualnya.

“Ada misalnya sering kita dengar industri tempe mengurangi ukurannya supaya tetap bisa harganya dipertahankan dan lain sebagainya. Strategi-strategi itu harus dilakukan oleh teman-teman kita yang di IKM,” ujarnya. [AF-3]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*