Jakarta – PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) kembali menjajaki akuisisi perusahaan yang bergerak di bidang industri bahan dasar makanan (food ingredient). Proses akuisisi masih dalam tahap awal, sehingga masih terbuka untuk melanjutkan rencana tersebut atau tidak. Review tahap awal bisa mencapai 6-7 bulan.
“Masih ada sisa enam bulan lagi, prosesnya sangat dinamis,” kata Direktur Saratoga Andi Esfandiari di Jakarta, awal pekan lalu.
Dia menegaskan, pemilihan perusahaan dari sektor tersebut untuk menyeimbangkan portofolio, yang terdiri atas produk dan jasa konsumen, infrastruktur, serta sumber daya alam. Perseroan akan menyiapkan dana sekitar US$ 50-100 juta untuk dana akuisisi dan investasi. Rencananya, kebutuhan dana akan ditutupi oleh fasilitas pinjaman perbankan lokal maupun asing.
Saat ini, porsi investasi terbesar Saratoga di sumber daya alam mencapai 48% dari total portofolio. Sisanya, infrastruktur 40% dan lalu sebesar 12% di sektor produk dan jasa konsumen. Saat ini, Saratoga semakin gencar melakukan penjajakan dalam industri makanan dan bahan dasar makanan (ingredients of food).
Menilik neraca keuangan perseroan, utang bersih perseroan sudah berkurang 40% tahun lalu dari posisi awal Rp 2,1 triliun. Sebelumnya, Saratoga sempat melakukan pembayaran pokok pinjaman kepada Natixis dan ING Bank sebesar US$ 7 juta dan US$ 30 juta, serta pelunasan wesel bayar jangka menengah sebesar Rp 725 miliar. “Kemampuan untuk penggalangan dana, ada. Kami mesti optimalkan dana sekarang. Ada kas Rp 902 miliar akhir 2017 sesudah konsolidasi neraca,” lanjutnya.
Perseroan akan melakukan penyeimbangan portofolio investasi hingga 2019, sehingga porsi investasi pada produk jasa dan yang berhubungan langsung dengan konsumen dapat diperbesar. Saat ini, porsi dari total nilai aktiva bersih (NAV) perseroan masih sekitar 12%, sementara porsi investasi di sumber daya alam sekitar 48% dan pada sektor infrastruktur sekitar 40%.
Adapun perkiraan NAV perseroan saat ini mencapai lebih dari US$ 1,7 miliar. “Ada beberapa yang mau go public, kebanyakan dalam pertumbuhan atau masih dalam tahap awal,” lanjut Andi. Dalam dua tahun terakhir, perseroan mengakuisisi tiga perusahaan baru, yakni PT Mulia Bosco Logistik dan PT Famon Awal Bros Sedaya yang bergerak di jasa rumah sakit.
Mulia Bosco Logistik mengalami pertumbuhan cukup besar dalam kurun waktu dua tahun, dari sebelumnya hanya memiliki 5.500 pallet positions menjadi 24.000 pallet positions. Tahun lalu, perseroan juga mengakuisisi PT Deltomed Laboratories yang memproduksi obat herbal bermerek dagang Antangin dan OB Herbal.
Pada tahap pertumbuhan, perseroan mengembangkan tiga perusahaan sumber daya alam, tiga perusahaan infrastruktur, serta enam perusahaan produk dan jasa konsumen. Sedangkan perusahaan yang tergolong mapan dan merupakan perusahaan tercatat, antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). [AF-05]
Be the first to comment