Afrika Pasar Potensial, Industri Mamin Topang Produk Halal

Ilustrasi produk halal.

Jakarta – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan negara-negara di Afrika merupakan pasar potensial produk halal Indonesia. Salah satu produk halal yang cukup berpotensi adalah industri makanan dan minuman.

Dalam diskusi “Indonesia: Pusat Ekonomi Islam Dunia” di Jakarta, Rabu, Bambang mengatakan Afrika merupakan pasar masa depan bagi produk halal Indonesia karena penduduknya mencapai satu miliar orang dengan laju pertumbuhan penduduk pun tergolong tinggi. Dari jumlah penduduk tersebut, sekitar 40 persen beragama Islam.

Bambang mengatakan hampir semua produk halal Tanah Air mempunyai potensi diekspor ke Afrika.
Produk halal yang dapat dikelola untuk berkontribusi positif antara lain sektor industri makanan dan minuman, farmasi, dan kosmetika.

Selain Afrika, Bappenas juga memandang Asia Tengah sebagai kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pasar produk halal Indonesia. Untuk menjangkau pasar potensial tersebut, Bambang mengatakan industri halal di Indonesia harus mampu berorientasi ekspor terlebih dahulu.

Dia menyoroti produk halal yang posisinya masih banyak net impor. Salah satunya busana muslimah yang masih didominasi produk luar negeri meskipun ada sebagian produsen Tanah Air yang sudah ekspor.
“Kalau kita belum berorientasi ekspor, nanti akan kalah bersaing dengan negara lain yang ekspor produknya ke Afrika. Ekspor harus tahu mau kemana dan produknya apa yang mau dijual ke sana,” kata dia.

Bambang berharap semua pemangku kepentingan di sektor riil dan keuangan fokus pada penciptaan pasar dan produk halal. Tahap berikutnya yaitu melalui fasilitasi ekspor dan mengelola impor.

Defisit
Dalam kesempatan itu, Bambang Brodjonegoro berharap industri halal dapat berkontribusi mengurangi defisit dari neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD). “Industri halal harus punya kontribusi mengurangi CAD, bagaimana meningkatkan ekspor produk dan jasa halal dari Indonesia sehingga bisa mengurangi defisit di neraca transaksi berjalan,” kata Bambang.

Mantan menteri keuangan itu menjelaskan strategi pengembangan produk dan jasa halal dilakukan dengan penciptaan pasar baru sekaligus menjaga pasar yang sudah ada di Indonesia supaya tidak berkurang.
“Targetnya mengurangi posisi Indonesia sebagai net consumer tadi. Jadi lama-lama bisa menjadi net produser. Tapi butuh waktu. Jangka pendek adalah bagaimana mengurangi derasnya impor terkait produk halal,” kata Bambang, seperti ditulis Antara.

Adapun produk halal yang dapat dikelola untuk berkontribusi positif antara lain sektor industri makanan dan minuman, sektor industri farmasi, dan sektor industri kosmetika.

Menurut data Halal Industry Development Corporation pada 2016, produk dan jasa halal diperkirakan mencapai 2,3 triliun dolar AS. Produk dan jasa halal ini mencakup beberapa sektor, di antaranya makanan, bahan dan zat adiktif, kosmetik, makanan hewan, obat-obatan dan vaksin, keuangan syariah, farmasi, dan logistik. Jika melihat dari data Comtrade pada 2017, peran ekspor produk halal Indonesia mencapai 21 persen dari total ekspor secara keseluruhan.

Dia mengatakan, peran ekspor produk halal ini harus dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan pemanfaatan permintaan dari negara tujuan ekspor produk halal, serta potensi ekspor ke negara anggota OKI seperti Mesir, dan UAE. [AF-05]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*