Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) tengah memfasilitasi rencana investasi agribisnis total senilai Rp 8,58 triliun. Investasi sebanyak itu akan digelontorkan oleh sembilan investor, yakni enam investor fokus di subsektor peternakan dan pembibitan sapi dengan kebutuhan lahan 169 ribu hektare (ha) dan tiga lainnya masuk ke pertanian jagung dengan kebutuhan lahan 16 ribu ha.
Menurut Ketua Satgas Kemudahan Berusaha Kementan Syukur Iwantoro, realisasi investasi itu akan menambah produksi daging sapi nasional sebanyak 128 ribu ton atau setara 237 ribu ekor sapi serta akan menambah pasokan jagung di Tanah Air hingga 64 ribu ton. Investasi di subsektor sapi diprediksi menambah lapangan kerja baru bagi sekitar 1.200 orang secara langsung dan 2.400 orang lainnya secara tidak langsung. Sedangkan lahan jagung baru diperkirakan menyerap tenaga kerja hingga 12 ribu orang secara langsung ditambah 36 ribu orang secara tidak langsung.
“Kami dari Satgas Kemudahan Berusaha memfasilitasi mereka (para investor) agar rencana investasi tersebut segera terealisasi,” kata Syukur di Jakarta, akhir pekan lalu.
Baca : Afrika Pasar Potensial, Industri Mamin Topang Produk Halal
Syukur menjelaskan, salah satu investor yang masuk ke subsektor pembibitan dan penggemukan sapi memilih lokasi di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Sebelumnya, investor tersebut merupakan pemain lama di perkebunan kelapa sawit. Investor itu memiliki kebun sawit seluas 40 ribu ha di Kalimantan dan telah mulai melakukan integrasi sawit-sapi seluas 10 ribu ha dan berhasil.
“Mereka menggunakan sistem pola rotasi. Sapi mereka sudah mendekati 10 ribu ekor dan dikelola intensif. Mereka sudah menguasai hingga 40% pasokan sapi di Kalimantan dan sekarang menjadi percontohan integrasi sawit-sapi,” kata Syukur, seperti ditulis ID.
Investor lainnya berasal dari Yordania dan akan menanamkan investasi sekitar Rp 6 triliun di Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk bisnis sapi dan pabrik gula berbasis tebu. “Sekarang sedang proses izin prinsip sambil mengurus kerja sama dengan KPH (kesatuan pengelolaan hutan) di sana. Mereka membutuhkan lahan sekitar 20 ribu ha untuk lahan tebu dan untuk peternakan sapi seluas 5.000 ha. Lalu, akan membangun pabrik gula berbasis tebu,” kata dia.
Baca : Indofood dan Miwon Diberi Izin Impor Jagung
Dia memaparkan, setidaknya akan ada lima investor yang akan masuk ke wilayah NTT. Dua di antaranya telah mulai merealisasikan investasi di Sumba Timur, satu di antaranya investor asal Brasil masuk subsektor sapi dan satu lainnya adaah investor lokal yang akan membangun pabrik gula berbasis tebu. “Tiga investor lainnya akan masuk ke subsektor peternakan sapi di Kupang, satu lagi investor asal Yordania yang tadi saya sebutkan, dan satu lagi investor Tiongkok yang akan masuk ke subsektor jagung di Timor Tengah Selatan (TTS), butuh lahan 6.000 ha,” ujar Syukur.
Sementara itu, kata dia, investor lokal akan masuk membangun pertanian jagung di Riau. Saat ini, investor tersebut tengah melakukan land clearing yang akan membutuhkan lahan hingga seluas 10 ribu ha. Investor tersebut akan bekerja sama dengan KPH Kampar. Setelah membangun lahan pertanian jagung, investor tersebut akan mulai membangun bisnis peternakan sapi. “Jagung yang dihasilkan akan memasok kebutuhan industri pakan. Begitu juga dengan bonggol dan daunnya, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak,” jelas Syukur.
Baca : Dua Pabrik Pengolahan Garam Segera Dibangun
Sedangkan investor lainnya adalah investor lokal yang membidik lokasi di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, untuk masuk ke pertanian jagung. Produksi jagung akan digunakan untuk measok industri pakan. “Mereka akan menanam jagung di atas lahan seluas 2.500 ha secara inti, ditambah 7.500 ha lainnya dengan mekanisme plasma. Sekarang sedang dalam proses perizinan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) karena nanti investor tersebut akan bekerja sama dengan KPH di Kutai,” papar Syukur. Selain itu, satu investor lokal juga tengah menjajaki rencana investasi peternakan sapi yang membidik lahan seluas 10 ribu ha. [AF-04]
Be the first to comment