Melbourne, AF – Layanan antar makanan (food deliveries) menjadi primadona baru untuk semua pekerja paruh waktu untuk menambah penghasilan di Australia. Ada sekitar tujuh (7) provider aplikasi layanan antar makanan yang beroperasi di Australia. Di antaranya, Uber eats, Doordash, Menulog, Hungrypanda, AFD, Dominos Deliveries, dan Mexican Pack and Ride.
Begitu banyak orang terlibat dalam pasar jasa ini. Demikian juga juga pekerja (rider/driver) dari Indonesia, termasuk yang memiliki ijin tinggal dan ijin bekerja di Australia. Umumnya pekerja Indonesia di sektor ini merupakan mahasiswa (student) atau keluarga/pasangan yang ikut ke Australia. Namun, tidak sedikit juga yang merupakan pemegang ijin tinggal tetap (permanent resident/PR) maupun yang alih-warga negara (citizen) Australia.
Setidak ada empat kelompok besar layanan antar makanan yang mendominasi di kota-kota besar Australia, yakni pekerja dari Asia Tengah (India, Nepal, Bangladesh, Srilanka, Pakistan dan Afghanistan), Asia Tenggara, Asia Timur dan Amerika Latin.
Layanan jasa antar makanan ini bisa dijalankan dengan tiga moda transportasi, yakni mobil, sepeda motor dan sepeda kayuh (listrik dan manual). Sebagian besar driver asal Indonesia menggunakan sepeda listrik untuk menambah penghasilan.
“Sedikit lebih mudah menggunakan sepeda listrik karena semua orang bisa dengan cepat memperoleh ijin usaha. Tanpa syarat pengurusan SIM, Ijin Kendaraan (RWC) maupun Pajak (REGO). Beli sepeda listrik atau sepeda kayuh biasa plus kelengkapannya, kita sudah bisa bekerja,” kata Erwin Siregar, Koordinator Umum Paguyuban Drivers Food Deliveries Indonesia Raya, Melbourne, Australia, pekan lalu.
Baca : Jerman Butuh Keripik, Diaspora di Australia Rindu Singkong, Lampung Menjerit
Menurut dia, pilihan menggunakan sepeda (listrik atau kayuh), selain syarat administrasi yang ringkas, juga ada aspek keamanan dan kenyamanan saat berkendaraan. Australia seperti Indonesia menggunakan kemudi preferensi kanan, tetapi banyak aturan lalu lintas yang sangat jauh berbeda dengan konteks Indonesia. Bekerja dengan sepeda sedikit memanjakan para pengemudi karena Australia termasuk negara dengan pelintasan sepeda (bike lane/bike track) yang cukup baik.
“Selama dan pasca pandemi, layanan jasa antar makanan ini menjadi primadona dan begitu banyak orang ramai menggunakan layanan ini. Permintaan menjadi driver banyak sekali. Transformasi lainnya juga karena banyak restoran bungkus (take away) tanpa spot makan membutuhkan pengantar. Makanya, pilihan pekerjaan ini laris hingga saat ini,” lanjut Erwin yang sudah menekuni layanan antar makanan sejak 2019 di sekitar Melbourne.
Bad Weather, Good Money
Erwin juga mengatakan banyak sekali mahasiswa asal Indonesia dan keluarganya yang kemudian bergabung. Ada juga pekerja migran Indonesia (PMI) dengan working holiday visa (WHV) yang ikut bergabung sebagai driver.
“Pekerjaan ini luar biasa. Sehari minimal kita bekerja hanya 4 jam. Dua jam untuk melayani makan siang (lunch), dan dua jam untuk makan malam (dinner). Rata-rata bisa dapat 150-200 dollar (AUD),” jelas Fikri Al Azhar, pekerja paruh waktu yang sehari-harinya bekerja di perusahaan energi baru terbarukan.
“Kalau ramai benar seminggu bisa dapat sampai 1.500 hingga 2.000 dollar (sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta). Kalau pas sepi minimal sekitar 800 hingga 1.000 dollar,” jelas Erwin.
Menurut Erwin, bisnis ini kian berkembang juga karena Melbourne terkenal dengan anomali cuacanya. Kadang cerah sejam, sesudah itu hujan deras, angin kencang. “Orang jadi mikir, daripada kehujanan dan diterpa angin, mending pesan makanan online saja. Dan cuaca yang buruk memang keuntungan lain untuk para driver. Bad weather is good money,” lanjut Erwin kepada KatongNTT.com.
Baca : Tawarkan Program Visa Pertanian ke RI, Australia Kekurangan Tenaga Kerja?
Tarif sekali jalan berbeda mulai dari $5 per trip hingga $28 per trip sangat tergantung konteks, cuaca-topografi-macet hingga berbagai pertimbangan algoritma lainnya. Rata-rata yang melayani dengan sepeda listrik maupun sepeda kayuh selalu diberi orderan di bawah 5 kilometer. Dan, layanan ini juga memberi banyak bonus dan promosi berdasarkan momen dan even tertentu. Ada bonus mingguan, bulanan, tantangan akhir dan awal minggu, termasuk ketika even nasional Australia dan dunia seperti akhir tahun.
Ada yang menekuni pekerjaan ini sebagai paruh waktu. Ada juga menjalaninya sebagai pekerjaan pokok. Ada yang bekerja sepanjang hari sampai batas waktu kerjanya selesai (maksimum 12jam/hari). Ada yang cuma bekerja 2 jam. “Ini yang menjadikan pekerjaan ini terus diminati. Selain upahnya wajar, juga setiap orang bisa mengatur waktunya sendiri. Setiap orang bisa menjadi bos atas dirinya sendiri,” ujar Erwin. [Ermalindus Sonbay/koresponden Australia]
Be the first to comment