Pelaku UMKM Berbasis Singkong Makin Tak Berdaya

Ilustrasi logo Cargill (agrifood.id)

Bogor, Agrifood.id – Sejumlah program dan bantuan sudah mulai disalurkan kepada sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, tidak semua mendapatkan bantuan tersebut, sebagaimana beberapa pelaku usaha berbasis singkong di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mereka tetap berharap adanya bantuan agar usahanya dapat bertahan, sekaligus difasilitasi dengan insentif yang lain seperti perizinan, legalitas, dan akses pasar.

Misbah dan Wake, dua pelaku usaha olahan singkong di Desa Cikeas, Sukaraja, Kabupaten Bogor sangat berharap agar bisa mendapatkan bantuan keuangan dari pemerintah. Namun, informasi yang minim dan kesibukan menjalankan usahanya menyebabkan dirinya tidak sempat untuk mengurus berbagai hal terkait pengajuan bantuan.

“Pernah dengar dari pihak desa bahwa akan ada bantuan, tapi belum ada kabar lanjut lagi,” ujar Misbah, belum lama ini.

Misbah, pengrajin tape singkong yang berharap mendapatkan bantuan.

Setiap hari Misbah mengolah singkong menjadi tape yang dijual ke beberapa wilayah Bogor dan Bekasi. Sedangkan Wake memproduksi keripik singkong yang dijual dalam beberapa varian rasa. Usaha keduanya mulai terpukul sejak Mei lalu karena beberapa wilayah menerapkan lockdown selama pandemi Covid-19.

“Penjualan terus menurun, kalau tidak ada bantuan bisa-bisa bakal tutup tapi bingung juga harus lunasin cicilan yang sudah diambil,” katanya.

Seperti diketahui, ada sejumlah pelaku UMKM yang belum tersentuh berbagai program di Kabupaten Bogor, namun enggan untuk mencari tahu lebih banyak info tersebut.
Dengan kondisi tersebut, jika tidak mendapatkan bantuan dana selama pandemi Covid-19, Misbah dan Wake berharap ada insentif yang mendukung usaha mereka bisa bertahan. Adapun fasilitasi itu seperti perizinan, legalitas, dan akses pasar.

Wake menjelaskan dirinya membutuhkan fasilitasi untuk beberapa izin terkait dengan kelancaran usaha keripik singkong. Sedangkan Misbah, selain bantuan dana, dia mengharapkan dukungan untuk memperluas akses pasar sehingga penjualan tapenya tetap bertahan di tengah pandemi.

Kondisi yang sama juga disampaikan Afif Zahra, salah satu pelaku usaha gaplek di Bogor yang mengeluhkan turunnya harga gaplek untuk pakan ternak sejak lima bulan terakhir. Harga yang turun menyebabkan pihaknya terus merugi karena pemelian bahan gaplek sebelum pandemi Covid-19 dengan harga tinggi.

“Harga terus menurun karena permintaan juga lagi turun. Kalau ada bantuan dan insentif, kami sangat berharap agar 10 karyawan yang mengolah gaplek bisa tetap dipertahankan,” ujarnya. [AF-03]

agrifood.id || agrifood.id@gmail.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*