Tambolaka – Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya punya kopi Bajawa dan Manggarai (Flores) yang sudah banyak dikenal. Pulau Sumba belakangan banyak dilirik wisatawan, pun punya potensi kopi yang bisa dikembangkan lagi. Salah satu potensi kopi tersebut berasal dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD) Ndara Tanggu Kaha kepada Agrifood.id belum lama ini mengatakan keberadaan kopi di wilayahnya atau Sumba secara umum belum dikembangkan dengan serius. Pengembangan itu diharapkan bisa berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang selama ini sudah membudidayakan kopi.
“Kopi sumba ini merupakan kopi robusta dengan cita rasa khas. Masyarakat sudah mengembangkannya dan perlu lebih ditingkatkan,” ujar Ndara.
Baca : Sukanda Djaya-Mahlkonig Kenalkan Varian Baru Mesin Penggiling Kopi
Kopi robusta merupakan kopi yang mengandung kadar kafein tinggi dibandingkan dengan jenis kopi yang lain sehingga terkenal lebih pahit dan tingkat keasamannya rendah. Pemerintah Kabupaten SBD terus berupaya meningkatkan kualitas produksi kopi dengan bimbingan para pakar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kerja sama antara LIPI dan Pemkab SBD dilakukan sejak 2015 melalui program Iptekda LIPI yang membidik kelompok masyarakat dengan memperhatikan potensi daerah di SBD, yakni komoditas kopi dan mete. Program pendampingan teknis usaha kecil menengah (UKM) untuk jenis usaha tanaman kopi serta mete kemudian berlanjut dengan program Teknologi Tepat Guna LIPI pada 2016 dan 2017.
“Kami terus mendorong kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan LIPI agar produktivitas ditingkatkan dan kualitas cita rasa kopi tetap terjaga,” ujar Ndara.
Baca : Nikmatnya Kopi Mengancam Harimau, Gajah dan Badak Sumatera….
Awalnya, tim dari LIPI menggandeng sejumlah petani kopi di Wewewa Tengah khususnya Desa Kodi Roma, sebagai kelompok binaan. Dalam kelompok Robusta, kopi Sumba ini telah terbukti mendapat pengakuan sebagai kopi paling enak di Indonesia. Salah satunya telah melewati uji cita rasa pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur pada Agustus 2017 lalu.
Secara terpisah, Tejo Pramono yang juga pendiri Rumah Kopi Ranin Bogor menegaskan pengembangan kopi-kopi lokal sangat penting karena keragaman khas kopi Indonesia begitu besar.
Apalagi, animo masyarakat yang tinggi pada kopi Indonesia menjadi peluang untuk mengembangkan kopi di daerah.
Baca : Ekspansi Kopi Instan, Mayora Serap Obligasi Rp 555 Miliar
Namun, hal itu membutuhkan komitmen kuat dari berbagai pihak di daerah untuk mengembangkan potensi kopi lokal tersebut. Apalagi, NTT punya kopi dengan cita rasa khas yang menjadi keunikan dan keunggulan lokal.
“Keseriusan dalam mengembangkan kopi itu harus menyeluruh, bukan saja produknya tetapi juga memberdayakan para petani kopi tersebut. Untuk itu, langkah Pemkab SBD untuk mengembangkan kopi Sumba ini patut diberi apresiasi,” tegas jebolan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Baca : Terima Bingkisan dari Rumah Kopi Ranin, Apa Tanggapan Jokowi?
Rumah Kopi Ranin sendiri sudah melakukan pendampingan kepada sejumlah petani kopi di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, dan beberapa komunitas kopi di Jawa Timur. Selain pemberdayaan, Rumah Kopi Ranin juga membuat peta cita rasa kopi lokal yang selama ini belum pernah ada di Indonesia. Saat bertemu di Istana Bogor beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo memberi apresiasi kepada Tejo Pramono atas inovasi membuat peta cita rasa kopi lokal tersebut.
Be the first to comment