Ribuan Ikan Mati, Benarkah Disebabkan Industri Pengolahan Atsiri?

Ilustrasi PT Van Aroma, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. (Ist)
Ilustrasi aktivitas PT Van Aroma, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. (Ist1)

Bogor, Agrifood.id – Matinya ribuan ikan di Situ Citongtut, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada awal Februari lalu, ternyata masih menimbulkan sejumlah tanda tanya. Hal itu terkait dengan dampak lingkungan, program pemulihan situ (danau), penegakkan hukum dan pihak yang bertanggung jawab, pembenahan dan solusi jangka panjang.

Dari informasi yang dihimpun, diduga limbah berasal dari beberapa pabrik, seperti PT Arindo Pacific Chemicals dan PT Van Aroma, lalu satu rumah sakit Permata Hospital di wilayah Kecamatan Gunung Putri, tepatnya di jalan raya Mercedez Benz, Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sebagai informasi, PT Van Aroma adalah salah satu perusahaan produsen minyak atsiri terbesar di Indonesia yang terus berkembang di bawah pimpinan Sandeep Tekriwal. Dari website Van Aroma, perusahaan ini juga mengolah beberapa komoditas herbal lainnya dan mempunyai lokasi pendampingan petani di Sulawesi.

Beberapa hari setelah kabar ikan mati mencuat, sejumlah pihak dari Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, perwakilan Camat Gunung Putri, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan inspeksi mendadak (sidak). Sidak dilakukan ke PT Arindo Pacific Chemicals, PT Van Aroma, dan Permata Hospital.

Dalam kunjungan itu, Komisi III membahas pembangunan koefisien dasar bangunan (KDB), ruang terbuka hijau (RTH) dan pengelolaan limbah. Sidak juga untuk menyikapi permasalahan pencemaran di Situ Citongtut.
Anggota Komisi III Achmad Fathoni mengatakan setelah dicek, pihaknya akan melihat status perizinan dan beberapa hal terkait aturan yang ada.

“Kalau melanggar aturan, ini yang jadi masalah. Bayangkan dapat CSR dari perusahaan, katakan setahun seratus atau dua ratus juta, mau memperbaiki situ berapa biayanya kalau tercemar,” terangnya kepada sejumlah media pertengahan Februari lalu.

Setelah sidak hingga awal Maret lalu, Agrifood.id belum mendapatlan lagi hasil evaluasi dan tindak lanjut terkait penanganan limbah Situ Citongtut. Hal ini menjadi indikasi awal bahwa proses penanganan limbah industri di Kabupaten Bogor selalu tidak jelas. Kepala Desa Cicadas, Dian Hermawan menyebutkan, ribuan ikan itu mengambang dan menumpuk ke permukaan pinggir danau yang airnya dalam kondisi keruh berwarna hitam. Selain itu, masyarakat juga mengeluhkan bau yang tak sedap.

Sebagaimana pernah diberitakan Limbahnews.com, tindak lanjut pencemaran ratusan pabrik dan industri yang membuang limbah ke Kali Cileungsi dan Kali Cikeas beberapa tahun lalu juga belum ada solusi komprehensif. Saat itu, Bupati Bogor Ade Yasin sudah meminta DLH menelusuri penyebab matinya ribuan ikan di Situ Citongtut, Gunung Putri.
Untuk itu, penanganan limbah tersebut harus segera dituntaskan dan dilanjutkan dengan penegakkan hukum.

Agrifood berusaha mengonfirmasi ke kantor Van Aroma tetapi belum mendapatkan respons. [AF-03]

Agrifood.id || agrifood.id@gmail.com

Agrifood adalah portal media pangan dan seputar industri makanan/minuman. Selain menjadi sumber informasi, Agrifood juga melayani berbagai jasa dan kreativitas, seperti pelatihan dan layanan komunikasi, promosi produk atau komoditas untuk pengembangan industri, penguatan brand/merek/citra dan penetrasi pasar hingga advokasi kebijakan.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*