Jakarta, AF – Botol bekas minuman dan sachet bekas kemasan merupakan sampah plastik yang cukup serius mengancam Teluk Jakarta. Selain mengurangi beban sampah, pengolahan botol bekas minuman dan sachet justru memberikan nilai tambah bagi masyarakat pesisir di Jakarta Utara.
Kepala Subdirektorat Restorasi, Ditjen PRL KKP, Sapta Putra Ginting di Jakarta, akhir pekan lalu mengatakan ancaman sampah plastik di kawasan Teluk Jakarta harus dikurangi melalui pengolahan sehingga manfaat ekonomi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong upaya tersebut dengan memberikan pelatihan kepada masyarakat atau komunitas yang terkait langsung dengan kawasan pesisir tersebut.
Hal itu disampaikan kepada para peserta pelatihan pengolahan sampah plastik di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman (PPSNZ), Muara Baru, Jakarta. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) dan penanaman mangrove yang digelar bersama dari KKP dan Destructive Fishing Watch (DFW) dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia 2018. Kegiatan pelatihan dan GBPL itu dibuka secara resmi oleh Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, KKP, Balok Budiyanto.
“Untuk meningkatkan nilai tambah atau memberi manfaat ekonomi maka sampah plastik ini perlu diolah. Jadi sampah botol bekas minuman yang masuk ke laut dapat dicegah dan tidak menjadi mikroplastik yang dikonsumsi ikan di laut,” ujarnya.
Menurut Sapta, pelatihan yang diberikan mulai dari pemilahan sampah plastik dan pengolahan yang menghasilkan berbagai bentuk produk daur ulang. “Pelatihan untuk komunitas di Muara Baru ditujukan kepada koperasi yang akan mengolah dengan alat pencacah,” ujarnya.
Mahdi, Sekretaris Koperasi Mina Jaya Muara Baru, mengatakan pengolahan sampah plastik tersebut sangat bagus karena bisa memberikan nilai tambah bagi koperasi dan anggotanya. Apalagi, pihaknya sudah mempunyai bank sampah sehingga pencacahan botol plastik sisa minuman semakin menguntungkan.
Kepala PPSNZ Rahmat Irawan mengatakan pengolahan sampah plastik itu sejalan dengan komitmen pihaknya untuk menjadikan kawasan Pelabuhan Muara Baru semakin bersih. Selama ini semua pihak terkait di PPSNZ sudah bersatu-padu mengelola kebersihan dan membuat sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Upaya PPSNZ itu sebagai salah satu cara mengurangi sampah di pesisir Jakarta Utara.
Sebelumnya, KKP juga menggelar pelatihan mengolah sampah di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, sesuai permintaan dari Forkomapin (Forum Komunikasi Masyarakat Pesisir dan Nelayan) Cilincing. Forkomapin sendiri sudah mempunyai beberapa aktivitas, seperti bank sampah, pembuatan kerupuk kulit ikan, kue nastar, dan rumah singgah anak-anak.
Sapta menjelaskan, sampah plastik di pesisir Cilincing didominasi kemasan sachet yang biasanya berisi bahan-bahan untuk makanan dan minuman. Untuk itu, pelatihan yang juga difasilitasi dari bank sampah induk Gesit itu banyak mengolah sachet minuman menjadi dompet uang, tas selempang, tempat handphone. Demikian juga sampah koran bekas diolah menjadi nampan, tempat sendok, dan tempat tisu. Adapun barang-barang olahan dari sampah plastik itu mempunyai banyak peminat.
“Warga Jepang dan Korea Selatan sangat berminat dengan beberapa olahan sampah plastik tersebut dan membeli dengan kisaran harga dari Rp 60.000 hingga 150.000,” tutur Sapta. [AF-03]
Be the first to comment