Indonesia Belum Serius Kembangkan Pangan Fungsional Lokal

Para nara sumber yang membahas pangan fungsional dalam workshop Health ingredients South East Asia (HiSEA) 2018 di Jakarta, Selasa (27/3).

Jakarta, AF – Potensi dan keragaman hayati di Indonesia sangat besar. Salah satunya bisa dikembangkan untuk pangan fungsional yang memberikan manfaat gizi dan sekaligus untuk kesehatan. Sayangnya, berbagai pihak di Indonesia belum optimal untuk mengembangkannya dengan baik. Sebaliknya, para pelaku industri dari luar negeri yang justru sangat tertarik pada potensi dan keragaman pangan fungsional tersebut.

Demikian disampaikan bapak teknologi pangan Indonesia FG Winarno usai memfasilitasi workshop Health ingredients South East Asia (HiSEA) 2018 di Jakarta, Selasa (27/3).

Menurut anggota Dewan Penasehat Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI) ini, keragaman sumber daya pangan fungsional di Indonesia membutuhkan kontribusi banyak pihak untuk mengembangkannya. Potensi yang cukup besar tersebut bisa menjadi keunggulan dari Indonesia.

“Perlu perhatian serius terhadap potensi pangan fungsional kita. Justru banyak pihak dari luar negeri yang menaruh perhatian besar terhadap keragaman hayati lokal tersebut,” ujarnya.

Seperti diketahui, pangan atau makanan fungsional mengandung komponen aktif yang memberikan manfaat bagi kesehatan, selain kandungan zat-zat gizi yang ada di dalamnya. Pangan fungsional harus memenuhi persyaratan sensori, nutrisi dan fisiologis.

Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Hanny Wijaya yang juga Ketua P3FNI menegaskan bahwa kesaradan dan animo pangan fungsional yang terus meningkat perlu didukung dengan berbagai penelitian dan pengembangan. Demikian juga kolaborasi dengan dunia industri sangat diperlukan untuk mengembangkannya. Pangan fungsional juga sudah dikenal lama masyarakat Indonesia yang menjaga kesehatan atau kebugaran tubuh dengan mengandalkan makanan sehari-hari.

Salah satunya seperti dikaji oleh guru besar Universitas Sriwijaya Rindit Pambayun. Dia melakukan kajian pengembangan gambir sebagai pangan fungsional yang bisa digunakan dalam berbagai makanan. Hal itu juga berdasarkan tradisi sejumlah masyarakat Indonesia yang sudah lama memanfaatkan tanaman tersebut.

Dalam kesempatan itu, Prof Dr Kazuo Miyashita dari Hokkaido University menjelaskan berbagai perkembangan penelitian dan animo masyarakat Jepang yang tinggi terhadap pangan fungsional dari sejumlah komoditas perikanan.

Seperti diketahui, Hi SEA 2018 digelar bersamaan dengan Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhI SEA) 2018 mulai dari Selasa (27/3) hingga Kamis (29/3) di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran. Kegiatan itu dibuka oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian RI Maura Linda Sitanggang. Event ini membuka peluang bagi para profesional industri farmasi dan pangan untuk saling bertukar informasi, pengalaman, ide dan memperkuat jaringan bisnis. [B1/AF-02]

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*