Bogor, AF – Komitmen pemerintahan Joko Widodo untuk mengembangkan komoditas rumput laut sudah ditunjukkan sejak awal kepemimpinannya. Hal itu harus didukung dengan data yang sesuai dengan fakta lapangan sehingga kebijakannya tepat sasaran.
Demikian disampaikan Direktur Ocean Watch Indonesia (OWI) Herman Jaya dan pakar rumput laut dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jana Tjahjana Anggadireja baru-baru ini kepada Agrifood.
Dikatakan, potensi rumput laut sangat besar di Indonesia. Namun, pemanfaatan dan pengolahan komoditas ini sepertinya belum optimal sehingga memerlukan sebuah kebijakan yang komprehensif yang dilandasi dengan data yang akurat. Upaya ini harus segera dilakukan agar berbagai pendekatan yang dilakukan bisa menguntungkan produsen rumput laut.
“Fenomena fluktuasi harga yang terus berfluktuasi justru karena tidak kepastian produksi dan semakin merugikan produsen. Kadang fluktuasi harga itu dimainkan oleh pengumpul atau pengepul untuk mendapatkan keuntungan yang besar,” ujar Herman.
Secara terpisah, Jana Tjahjana Anggadireja yang sudah tiga dekade mengikuti perkembangan rumput laut ini menegaskan akurasi data produksi sangat diperlukan dalam kebijakan rumput laut. Jangan sampai kebijakan yang disusun hanya menjadi bagus di atas kertas, tetapi ketika implementasi malah hasilnya tidak sesuai.
“Pendekatan kebijakan selama ini tidak tepat sasaran karena tidak mempunyai data dan perkembangan rumput laut yang tepat. Ini menyebabkan berbagai jenis rumput laut dari Indonesia belum memberikan dampak optimal bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” tegasnya.
Jana menekankan pentingnya melakukan validasi, seperti jumlah produksi, pengolahan, dan inventarisir pelaku industri, agar ada pegangan data yang tepat.
(Baca : FAO dan Bank Dunia Beri Perhatian Rumput Laut Indonesia)
Salah satu contoh, kata dia, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015 menyebutkan produksi rumput laut Indonesia mencapai 10.335.000 ton basah atau jika dikonversi menjadi 1,1 juta ton kering. Padahal, kebutuhan rumput laut dunia pada 2015 untuk karaginan dari berbagai jenis rumput laut tidak lebih dari 0,6 juta ton. Sebagai pemasok terbesar dunia, berarti ada kelebihan produksi dari Indonesia mencapai 0,5 juta ton kering.
Apalagi, lanjut Jana, upaya validasi data ini sebenarnya sudah pernah disepakati bersama oleh berbagai pihak terkait dari pemerintah dan pelaku industri. [AF-02]
Be the first to comment