Jakarta, AF – Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Bank Dunia (World Bank) memberi perhatian kepada komoditas rumput laut di Indoesia. Komoditas ini mempunyai nilai tambah yang cukup tinggi dan diharapkan bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
Dari sejumlah program yang dijalankan, kedua badan dunia ini tengah mendorong optimalisasi rumput laut tersebut.
Seperti dilaporkan, FAO yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini membantu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mencarikan investor pengolahan rumput laut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTB Lalu Hamdi di Mataram, awal pekan ini mengatakan komitmen FAO tersebut sebagai tindak lanjut dari perjanjian kerja sama dengan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Dikatakan, FAO berkomitmen mendukung upaya industrialisasi rumput laut di Indonesia karena sudah memiliki blue economy dan ada rencana bisnis yang melibatkan para pengusaha. “Kami di NTB tinggal menunggu respon dari para investor yang sudah didekati FAO,” ujarnya seperti ditulis Antara.
Menurut Hamdi, upaya mendorong industri pengolahan rumput laut merupakan amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB. Pemprov NTB, lanjut dia, juga mendorong pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mengolah rumput laut menjadi produk pangan olahan untuk oleh-oleh wisatawan, seperti dodol rumput laut.
Sementara itu, perwakilan Bank Dunia (World Bank) di Indonesia Cary Anne Cadman yang juga Senior Environment Specialist melihat potensi pengembangan rumput laut menjadi kantong plastik.
“Indonesia merupakan penghasil rumput laut terbesar di dunia dan para petani rumput laut bisa mendapatkan jalur pemasukan baru, apabila Indonesia mulai menerapkan penggunaan kantong berbahan rumput laut untuk mengganti kantong plastik,” terang Cary, baru-baru ini.
Dikatakan, sampah kantong plastik mendominasi 10 persen dari total jumlah komposisi sampah yang ditemukan di jalur air Indonesia. Kantong plastik, yang seringkali bersifat sekali pakai, memakan waktu yang sangat lama untuk dapat terurai sehingga dapat mengganggu jalannya ekosistem alami lingkungan.
Cary pun menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki dua bahan utama yang dapat digunakan untuk mengganti bahan dasar plastik pada kantong-kantong sekali pakai. “Yang pertama adalah rumput laut dan yang kedua adalah singkong,” ujarnya. [AF-04]
Be the first to comment