Jakarta, AF – Meski sering mendapat kampanye negatif, ekspor minyak sawit Indonesia terdiri crude palm oil (CPO) dan turunannya selama kuartal (catur wulan pertama) 2017 mencapai 10,7 juta ton. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan volume ekspor tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama (Januari-April) tahun lalu yang hanya 8,7 juta ton.
“Permintaan pasar global yang tinggi sehingga kebutuhan akan minyak sawit tak terhindarkan meskipun berbagai macam kampanye negatif didengungkan negara pesaing,” katanya Sekjen Gapki Togar Sitanggang di Jakarta, Rabu (31/5).
Dikatakan, untuk April 2017, ekspor minyak sawit Indonesia meningkat enam persen dibandingkan Maret yang hanya 2,53 juta ton menjadi 2,68 juta ton. Kenaikan ekspor tersebut menurunkan stok minyak sawit Indonesia yang saat ini tersisa 888 ribu ton.
Terkait resolusi Parlemen Eropa yang ditujukan terhadap minyak sawit Indonesia, menurut Togar, hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap ekspor ke benua tersebut bahkan sejak Maret 2017 yang terus meningkat.
Pada April ini, permintaan minyak sawit berupa CPO dan turunannya dari negara-negara Uni Eropa masih mencatatkan kenaikan delapan persen dibandingkan Maret yakni dari 446,92 ribu ton menjadi 482,95 ribu ton.
Menurut dia, menjelang Ramadhan permintaan beberapa negara yang berbasis mayoritas muslim naik karena konsumsi terhadap minyak nabati selalu meningkat selama bulan puasa hingga Idul Fitri.
Togar mencontohkan di permintaan Pakistan meningkat 18 persen dari 175,26 ribu ton menjadi 207,21 ribu ton. Kenaikan permintaan minyak sawit juga diikuti India 56 persen dari 430,03 ribu ton pada Maret menjadi 672,14 ribu ton, dan Bangladesh meningkat sawit 116 persen.
Sebaliknya, permintaan minyak sawit dari China pada April 2017 menurun tajam mencapai 38 persen dibandingkan bulan sebelumnya yakni dari 322,14 ribu ton pada Maret menjadi 201,12 ribu ton. “China sedang masif mengimpor kedelai untuk memenuhi permintaan industri di dalam negerinya,” ujarnya. [AF-03]
Be the first to comment